“Angkat tangan! Jatuhkan senjata sekarang juga! Anda sudah terkepung!” seru Iptu Bismo. Mendengar ancaman itu, bukannya takut justru Birowo semakin nekat. Tanpa kata, ia langsung mengarahkan laras pistolnya ke asal suara! Ke arah polisi – polisi dibalik tembok. Dorr… dorr…
“Jangan dikira aku takut! Mau polisi empat, lima, bahkan satu markas kesini, aku tak akan mundur!”
Disaat itulah kembali ia arahkan pistol ke kepala Kacong yang sudah tak berdaya. Sepersekian detik sebelum pelatuk pistol ditekan, tiba – tiba dari arah berlawanan muncul tembakan cepat mengarah ke kaki Birowo. Dorr-dorr-dorr… Birowo pun roboh dengan kaki bersimbah darah. Suasana begitu mencekam… Disaat yang bersamaan hujan turun pula dengan derasnya. Halaman pavilliun itu pun banjir oleh darah… Pelan – pelan polisi – polisi itu keluar dari persembunyian. Mereka menghampiri Kacong yang terengah – engah … Ia memandang ke langit seolah tak percaya. Ya Allah...Aku masih masih hidup!
“Semuanya sudah usai Pak… sudah berakhir…” Iptu Bismo mendekat dan berbisik…Di kejauhan terdengar raungan sirine mobil polisi dan ambulan bersahutan. Mendung yang tebal mencekam dan menutupi bulan perlahan tersibak… seolah ikut menyaksikan bahwa kisah perseteruan ini telah berakhir…
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H