“Cong, cukup!”
Sekarang kemarahan Birowo sudah sampai ubun-ubun. Diambilnya sepotong kayu agak besar yang tergeletak di tanah, dan dengan membabi buta dipukulkannya ke arah Kacong! Namun Birowo, sepanjang hidupnya adalah anak manja, anak rumahan yang cengeng. Dengan mudahnya Kacong mengelak dan Bugg… Birowo justru kehilangan keseimbangan lalu terjatuh. Celakanya, kepalanya terantuk batu hitam di halaman dan currr… darah mengucur dari pelipisnya. Kacong terkesiap. Secara refleks ia coba menolong Birowo. Bagaimanapun ia tak tega. Namun, secepat kilat pula Birowo mengambil pistol disakunya dan segera ia arahkan itu ke arah Kacong.
“Tamat riwayatmu, Cong. Semua akan segera berakhir!” hardik Birowo. Matanya menatap nanar. Kacong terperanjat, tak disangkanya Birowo senekat itu! Jantung Kacong bergetar, napasnya turun naik. Puluhan tahun ia menghirup udara dunia, baru kali ini ia ditodong pistol seseorang, dan orang itu adalah Birowo! Teman kecil sekaligus musuh bebuyutannya. Ia ternganga.
“Wo, Jangan…!” Kacong memekik. Ia melihat Birowo semakin kalap, kini matanya mendelik seolah akan keluar dari rongga.
“Kacong! Kedatanganmu kemari hanya akan mengganggu kenyamananku selama ini, maka lebih baik kau kulenyapkan!”. Bersamaan dengan itu terdengar suara senjata api menyalak. Dorr… dorr… dua kali!
Secara refleks Kacong yang semasa remaja pernah ikut karate menjatuhkan diri ke samping. Namun sial, peluru sempat bersarang di lengannya, menyerempet siku sebelah kanan… dan …
“Ahhhk…” Ia pun roboh dengan tangan bersimbah darah. Matanya berkunang – kunang, tak dapat melihat dengan jelas keberadaan Birowo. Samar ia melihat Birowo mendekat dan mengarahkan pistol ke kepalanya. Namun Kacong tak dapat berbuat apa-apa, tangan kanannya yang tertembus peluru sungguh sakit bukan kepalang.
“Ha ha ha….Merengeklah… teriaklah Cong! Di tempat ini hanya ada kita berdua. Kau dan aku…Semuanya telah berakhir. Selamat tinggal Cong!” Bersamaan dengan pelatuk pistol yang ditekan, dari belakang seseorang memukul tengkuk Birowo dengan sebilah kayu. Bugg… pukulan itu begitu keras. Sekilas Birowo menoleh ke belakang sebelum terhuyung – huyung dan ambruk. Ia jatuh pingsan! Si penyerang berlari ke arah Kacong yang terkapar. Dan tangan yang memegang pistol pun menembak tak terarah…
“Cong… Cong… Kau tidak apa – apa?” tanya orang itu panik sambil mengguncang tubuh Kacong yang jatuh pingsan. Sejurus kemudian ia mengambil HP dan mencoba menelpon ambulan. Disaat itulah ia tidak menyadari bahwa Birowo sudah siuman dan kini telah memegang pistolnya kembali!
“Ha ha ha… dua sahabat miskin yang kompak. Baik Leh… sekalian kau kulenyapkan bersama Kacong!”. Terdengar Birowo menyebut nama orang tersebut. Ternyata penolong itu adalah Soleh, sahabat kecil Kacong. Disaat yang bersamaan terdengar teriakan keras dari balik penginapan.
“Saudara Birowo! Jatuhkan pistol anda, dan menyerahlah! Anda telah dikepung petugas!” Mendengar suara gaduh beberapa menit lalu, rupanya pengelola diam – diam menghubungi kepolisian terdekat. Tak kurang dari delapan anggota polisi bersenjata lengkap kini telah mengepung Birowo dari segala penjuru!