Mohon tunggu...
Setiawan Muhdianto
Setiawan Muhdianto Mohon Tunggu... Relawan - Penikmat Kehidupan

Berusaha untuk nggegayuh kaprawiran

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Si Dompet Hitam, Saksi Sejarah Revolusi KRL Commuter Line Jabodetabek

4 September 2023   23:34 Diperbarui: 4 September 2023   23:45 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu pertimbangan orang termasuk saya untuk naik KRL terutama yang ekonomi adalah karena murah dan cepat apabila dibandingkan dengan moda transportasi lain. Mereka rela berhadapan dengan ancaman kecopetan, berdesakan, bahkan berani bertaruh nyata di atas gerbong karena murah dan cepat.

Tidak mudah memang untuk melakukan perubahan. Terlebih lagi perubahan yang sifatnya perombakan total atau bisa disebut dengan revolusi. Butuh tekad, kemauan keras dan keberanian. Begitu banyak hambatan dan pihak yang menentang. Saya masih ingat betul betapa susahnya untuk membuat penumpang tidak naik di atas atap KRL Berbagai cara pun dicoba, berbagai pihak pun dilibatkan. Namun, usaha dan kerja keras pasti akan membuahkan hasil, hasil seperti yang sekarang kita rasakan bersama.

Sekarang kondisi telah jauh berubah. KRL Commuter Line Jabodetabek selalu melakukan inovasi dari waktu ke waktu untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan kepada konsumen. Dampaknya semakin banyak masyarakat yang beralih ke moda transportasi ini. Di sisi lain penumpang lama pun semakin loyal. Menjadi pilihan masyarakat karena transportasi ini murah, cepat, aman dan nyaman.

Murah

Sebelum 25 Juli 2013 penumpang KRL Jabodetabek bisa kelas memilih ekspres, ekonomi AC ataukah ekonomi. Kereta ekonomi memang sangat murah, tapi sengaja "dikondisikan" agar tidak nyaman, seolah ada diskriminasi. Sejak tanggal tersebut dibuat satu kelas dengan penghitungan tarif berdasarkan jarak.

Dengan penghitungan tarif berdasarkan jarak, penumpang sangat diuntungkan, begitu pula saya. Dengan hanya mengeluarkan uang Rp 5.000,- saya sudah bisa berangkat kerja dari Bojonggede ke tempat kerja di Gambir. Dengan angkutan umum lain bisa menghabiskan Rp 20.000,- s.d. Rp 30.000. Sedangkan bila menggunakan sepeda motor butuh Rp 15.000,- s.d. Rp 20.000,- untuk membeli bensin. Biaya semakin bisa apabila menggunakan kendaraan roda 4 yang bisa mengeluarkan kocek Rp 50.000,-.

Cepat   

Semua orang tahu bahwa transportasi kereta api adalah angkutan di darat yang paling cepat. Undang-undang mengatur bahwa kereta api harus diprioritaskan. Menggunakan KRL dijamin tidak macet. Dari Stasiun Bojonggede menuju Stasiun Gondangdia hanya ditempuh dalam waktu 60 menit. Sementara bila menggunakan sepeda motor ataupun mobil memakan waktu paling cepat 2 jam.

Aman 

Kereta api adalah moda transportasi darat paling aman dari kecelakaan. Sistem pengoperasian kereta api khususnya KRL Jabodetabek telah menggunakan teknologi yang canggih meskipun bekas dari Jepang. Standar perawatan dan pengoperasian kereta yang tinggi juga menjadikan keselamatan penumpang yang utama. Oleh karena jarang sekali kita mendengar berita terkait dengan kecelakaan KRL Commuter Line Jabodetabek.

Berbeda dengan jaman dahulu yang penuh dengan kisah pencopetan, penjambretan dan pelecehan seksual,  KRL Jabodetabek sekarang sangatlah aman bagi penumpang. Kasus pencopetan dan penjambretan jarang terjadi. Lampu dalam gerbong yang terang, penempatan petugas keamanan di dalam kereta, dan pemasangan CCTV sudah cukup membuat keder para penjahat. Petugas juga tidak bisa untuk mengingatkan penumpang untuk menjaga barang bawaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun