Oleh sebab itu, tidak salah apabila skripsi merupakan simbol perjuangan akhir kuliah yang prosesnya harus dilaksanakan sebaik mungkin. Logis apabila seseorang sedang berjuang, maka kerja kerasnya akan sangat menentukan perjuangan tersebut.
IPK bahkan sudah tidak terlalu diperlukan lagi saat ini, banyak pihak mengakui hal tersebut, tetapi budaya kita justru masih memandang IPK yang berharga. Siapapun tentu yang baru lulus kuliah akan ditanya berapa IPK Anda? Bukan apa kesimpulan skripsi Anda?
Amat disayangkan memang, tetapi begitulah faktanya, jadi merubah paradigma ini harusnya sudah mulai digaungkan dan menjadi fokus utama isu yang harus dibahas dan diselesaikan kedepan. Tanda seseorang pernah kuliah harusnya bukan hanya dilihat dari gelar atau nilai tetapi apa pemikiran yang disumbangkan melalui skripsi.
Bukti bahwa skripsi lebih berharga dari IPK adalah sumbangsih masa depan. IPK berharga sebagai wujud pencapaian secara ukuran untuk pribadi, tetapi skripsi lebih dari itu, akan berdampak bagi semua orang, masyarakat luas.Â
Skripsi bahkan bisa merubah suatu peradaban melalui temuan-temuan dan argumentasi peradaban, kalau IPK mungkin hanya merubah status seseorang saja kala ia akan diterima bekerja atau prestise.
Jadi, sampai kapan kita tidak menyeriusi mengerjakan skripsi? Apakah kita akan mengotori catatan sejarah kita sendiri? Tentu tidak bikan?
Sebuah Catatan Sejarah
Dan satu hal yang amat penting juga adalah menjadikan skripsi sebagai catatan sejarah. Melalui skripsi seorang mahasiswa akan mengukir tinta emas bagaimana dia pernah menjadi seorang pemikir, seorang ilmuwan, seorang peneliti yang pernah memberikan persepsi/ menyumbangkan gagasan bagi kemaslahatan dan perubahan sejarah masa depan.
Bangga sekali apabila skripsi yang pernah ditulis bermanfaat bagi kemaslahan masyarakat, bukankah hal tersebut sebuah catatan sejarah yang hebat?
Lebih jauh, catatan sejarah ini juga semakin membanggakan bukan hanya bagi mahasiswa secara individu tetapi juga bagi institusi, keluarga, dan juga negara. Semua akan bangga dengan apa yang kita tulis dan semua sepakat menyebut itu catatan sejarah kita.
Meski ujungnya hanya mengendap di perpustakaan kampus, berdebu, dan bahkan dibuang. Tetapi catatan sejarah tidak akan pernah hilang, bahkan mengendap di kepala seorang yang membacanya saja, itu sudah menjadi catatan sejarah yang hebat. Meski demikian, adanya perpustakaan digital juga membantah statement tersebut. Saat ini catatan sejarah semakin mudah disimpan dalam bentuk digital.