Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bijak Bermedsos dan Pentingnya Hidup Minimalis

10 Agustus 2020   15:48 Diperbarui: 10 Agustus 2020   16:03 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: berdesa.com

Perubahan sosial telah mengantarkan manusia pada peradaban dimana segalanya serba berlebih. Di zaman ini problem manusia ada pada kelebihan (kebanyakan) segala elemen kehidupan. Pangan yang berlimpah, makanan, alat-alat kebutuhan serba ada, teknologi hingga informasi pun sangat berlebih.

Berbeda dengan zaman dulu, problem manusia dilandasi karena adanya kekuarangan di segala lini, kekurangan pangan, alat transportasi, alat komunikasi, dan kekurangan lainnya.

Dari masalah berlebihan ini menyebabkan kecanduan (addiction) karena berbagai kemudahan di zaman serba ada ini. Pada zaman dulu obat-obatan masih snagat langka ditemui, saat ini orang-orang bahkan banyak yang kecanduan obat-obatan terlarang. Begitupun sebelum ada media sosial, informasi hanya ditemui di radio, TV, dan koran cetak saja, sedangkan kini informasi sangat banyak sekali sehingga berserakan dimana-mana termasuk di media sosial.

Salah satu solusi untuk antisipasi fenomena ini adalah memilih gaya hidup minimalis. Gaya hidup minimalis (minimalism) ini merupakan gaya hidup dimana kita mengurangi semua hal yang berlebihan dalam hidup, serta fokus pada sedikit hal yang benar-benar penting (bermanfaat) buat kita.

Gaya hidup minimalis ini salah satunya bisa diterapkan pada aktivitas hidup di media sosial kita atau digital minimalism. Alasannya tentu karena dibombardirnya informasi/konten-konten yang ada di platform media sosial (Instagram, Facebook, Youtube, WA, Twitter dan sejenisnya) kita dan menyebabkan berbagai dampak negatif (meski banyak dampak positif) seperti kecanduan mengakses, hoaks, atau bahkan informasi yang sebenarnya tidak penting tetapi dikonsumsi.

Implikasinya coba tanyakan pada diri kita berapa jam waktu yang kita gunakan untuk mengakses Facebook, menonton Youtube, membuka WA story dan IG story, scrool-scrool online shop, dan medsos lainnya? Jika masih ada dalam batas wajar, berarti anda masih bis amengendalikan atau punya gaya hidup minimalis, tapi jika sudah tidak wajar, maka berhati-hatilah sebelum dampak buruk banyak menimpa Anda.

Syukur-syukur jika masih mengakses informasi yang mempunyai dampak positif, parahnya jika informasi yang kita konsumsi tidak beresensial kemudian menyebabkan ketagihan maka kita amat rugi sekali.

Dengan demikian, untuk mengatasi masalah tersebut, kita bisa menerapkan gaya hidup minimalis di dunia media sosial kita. Dalam artian kita bisa meminimalisir sesuatu hal yang tidak penting/tidak penting-penting amat atau bahkan tidak berdampak baik bagi kita untuk dijauhkan dari medsos kita.

Pertama, analisislah hal-hal penting bagi kita

Pada dasarnya ketika kita akan mengkonsumsi konten/informasi pasti memiliki motivasi sendiri, baik pendidikan, hiburan, atau ilmu pengetahuan. Namun, seringkali kita terjerumus pada informasi/konten-konten yang tidak penting dan malah sering kita tonton/konsumsi.

Solusinya, coba analisis kembali informasi/konten apa yang penting untuk kita konsumsi setiap hari. Atau informasi apa yang memang pantas kita baca/tonton sehari-hari. Jika yang kita perlukan adalah konten politik maka konsumsilah dari media-media yang jelas keberadaannya, begitupun konten lainnya, sosial, pendidikan, agama.

Memang media sosial sangat bermanfaat sekali bagi aktualisasi diri, tetapi batasilah jangan sampai berlebihan penggunaannya. Apalagi jangan sampai menggunakan media sosial sebagai ajang pamer diri, pamer apapun, yang padahal bukan hak kita, bukan hasil usaha kita, kerja keras kita.

Jadi, pelajarilah konten-konten/informasi yang akan kita konsumsi, apakah saat ini kita masih sering mengkonsumsi konten yang kurang bermanfaat atau tidak?

Jangan sampai kita malah buang-buang waktu dan energi karena malah mengkonsumsi hal-hal yang tidak penting bagi kita. Oleh karena itu, analisis ini akan berkaitan dengan target dan waktu yang harus kita habiskan dalam berselancar di internet dan media sosial.

Kedua, kurangi (unfollow) akun-akun medsos yang tidak memberikan kontribusi positif

Jika ditilik secara detail seringkali media sosial kita ternyata dipenuhi oleh akun-akun yang asal saja kita follow, subscribe, padahal akun-akun tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita targetkan.

Hal tersebut tentu jauh dari kesan minimalis dalam bermedsos, dan malah semakin membuat kita betah atau kecanduan terhadap konten-konten yang tidak penting.

Solusinya adalah kurangi atau berhenti mengikuti, block, atau menghilangkan berlangganan konten-konten/informasi dari akun-akun tersebut. Jika kita ingin fokus pada konsumsi tentang pendidikan, maka berhentilah mengikuti akun-akun yang hanya menyajikan konten frank atau konten lain yang tidka penting.

Termasuk mengakses konten-konten kehidupan selebritis secara berlebihan, bijaklah dalam mengikuti idola-idola kita di media sosial. Jangan sampai berlebihan, itu tidak akan berdampak baik bagi kita.

Ketiga, list akun-akun utama dalam memberikan manfaat sembari menemukan akun-akun baru yang lebih inovatif

Mendata akun-akun yang penting untuk kita konsumsi harus dilakukan untuk minimalis dalam bermedsos. Namun, untuk memperoleh informasi dan perbandingan tidak salahnya mengkonsumi konten/informasi lain dari akun/media baru agar tidak bosan, asalkan tetap pad aprioritas kita.

Misalnya, ketika kita sudah punya tiga akun langganan seputar topik pendidikan, maka cobalah mencari akun baru sebagai perbandingan atau sekedar menyuguhkan konsep baru dari informasi yang akan dikonsumsi. Dengan catatan akun/medianya bisa dipertanggungjawabkan dan layak ditonton.

Jika sudah melaksanakan step by step tersebut maka kita bisa merakan manfaat yang sangat signifikan. Dengan teraturnya mengonsumsi konten/informasi dari media sosial, kita bisa memperoleh manfaat yang banyak.

Karena bagaimanapun sosmed, teknologi, itu hanya sebuat alat (tools), yang sifatnya netral yang tidak bisa menentukan baik atau buruk. Yang menentukan hal tersebut hanyalah kita sebagai manusia. Jadi, jika yang kita konsumsi kebanyakan hal negatif, maka sosmed berdampak negatif, begitupun jika yang kita konsumsi hal positif tentulah akan berdampak positif.

Alhasil, inti dari kehidupan minimalis itu adalah mengurangi hal-hal yang tidka penting dan fokus pada hal penting bisa kita laksanakan dalam kehidupan termasuk dalam hidup bermedosos kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun