Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Pentingkah Belajar Berorganisasi di Masa Kini?

19 Juli 2020   10:45 Diperbarui: 20 Juli 2020   00:40 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ttec.com

Kemudahan proses pencarian ilmu pengetahuan berdampak besar dalam pola kehidupan baru masyarakat dunia. Proses penggalian informasi menjadi lebih mudah oleh karena kemudahan mencari dan menemukan informasi seiring menjamurnya penggunaan internet dan media sosial.

Akibatnya, proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan praktis. Ketika seseorang malas membaca, maka budaya menonton menjadi solusi, ketika seorang belajar praktik pembelajaran, tidak perlu menunggu kelas khusus di pekan depan, ia bisa melihat bagaimana praktik pembelajaran di Youtube.

Termasuk dalam budaya berorganisasi, dimana banyak orang yang sudah beranggapan tidak penting lagi untuk diikuti dan dipelajari oleh karena kemudahan mengakses teknologi.

Bagi sebagian kalangan siswa/mahasiswa kini, mungkin berorganisasi dipandang hanya buang-buang waktu, menghabiskan energi, dan tidak penting. Alasannya karena proses pembelajaran berbagai lini kehidupan bisa dipelajari sendiri, melalui membaca, menonton, atau berimprovisasi sendiri.

Terlebih, ilmu manajamen bisa diperoleh dari membaca, ilmu administrasi pun demikian, serta ilmu SDM pun bisa dipelajari sendiri. Apalagi jika sudah dipelajari di kelas sebagai mata pelajaran atau mata kuliah. Anggapan belajar berorganisasi semakin tidak penting semakin menyeruak kencang.

Faktor lain yang bersifat eksternal seperti; jika berorganisasi bisa menambah jaringan pertemanan, maka menambah pertemanan bisa diperoleh secara mandiri, melalui Instagram, atau Facebook atau jaringan pertemanan lain yang sudah dibangun sebelumnya.

Hal lain pun seringkali dipandang demikian, misalnya dalam proses pengalaman, banyak siswa/mahasiswa yang bahkan beralasan bahwa pengalaman bisa diperoleh sendiri melalui mengikuti agenda dengan menjadi volunteer (sukarelawan) sebuah acara besar, semakin sering maka pengalaman dan bahkan pertemanan diklaim bisa tumbuh dan meningkat.

Termasuk sistem pendidikan yang berat seperti sekarang dengan mengharuskan belejar penuh, dan tugas yang menumpuk. Sisa-sisa waktu untuk belajar berorganisasi terkesan dihilangkan dan tabu untuk dipelajari.

Akibatnya, seringkali muncul narasi pilih belajar atau organisasi; jadi aktivis atau akademis. Padahal keduanya merupakan hal yang penting untuk dipelajari sebagai bagian dari peningkatan soft-skill.

Lantas, jika demikian, apakah budaya berorganisasi memang layak untuk ditinggalkan?

Beorganisasi: Bukan Sekedar Belajar Teori

Belajar berorganisasi merupakan proses belajar yang komprehensif, dimana dari tatanan konsep, teknis, etika, komunikasi, hingga kepercayaan diri dipelajari di organisasi. Artinya, belajar di organisasi bukan hanya belajar melulu soal teori-teori, tetapi belajar sesuatu yang nyata yang dekat dengan kehidupan riil.

Inilah celah kosong yang disebabkan oleh adanya budaya instan dalam belajar, yang harusnya tetap memelihara proses belajar mengedepankan usaha ketimbang hasil dan hasil.

Yang lebih penting adalah adanya kesadaran untuk mengamalkan sebuah teori atau ilmu yang diperoleh, termasuk jalannya melalui organiasasi. Terlebih, hidup dalam organisasi yang memiliki tujuan mulia, tentunya akan lebih bernilai positif.

Max Weber bahkan mendefinisikan organisasi sebagai suatu kerangka terstruktur yang berisikan wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi tertentu.

Jelaslah, melalui organisasi setiap orang dituntut untuk mempunyai tanggung jawab atas setiap pembagian kerja yang diberikan. Termasuk peranan dan posisi yang diemban setiap anggota.

Dengan demikian, melalui organisasi sebuah pembelajaran akan lebih bermakna karena setiap orang dituntut untuk menjadi manusia seutuhnya yang belajar dari teori dan praktek riil di lapangan. Dinamika organisasi juga mengajarkan kepada seseorang dalam memanaj diri dan masalah agar bisa terselesaikan secara terstruktur.

Walhasil, banyak tokoh-tokoh besar nasional dan dunia lahir dari dunia keorganisasian. Mereka, diterpa melalui konsep dan praktik langsung di lapangan. Belajar menyelesaikan masalah besar dengan solusi yang besar pula dipelajari dan ditekuni melalui organisasi.

Berorganisasi: Menjadi Homo Socius 

Beragam dimensi yang diajarkan dalam dunia organisasi seperti mencapai tujuan bersama, bekerjasama, manajemen waktu, dan teknik berkomunikasi merupakan bagian dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).

Manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, melainkan membutuhkan banyak orang. Sementara, dunia kini (post-modern) memberikan identitas baru (termasuk anonim) yang mengutamakan hidup individualistis, dan serba sendiri. Akibatnya, solidaritas mekanik semakin jarang dijumpai, karena solidaritas organik menjadi ideologi baru manusia.

Bahayanya, jika manusia terus menerus dicecoki gaya hidup individual, maka degradasi moral, dan kesenjangan sosial terus memenuhi jagad publik. Banyak orang menjadi tidak peduli sesama, tidak peduli lingkungan, tidak peduli kepentingan publik, dan tidak peduli apapun yang terjadi.

Menariknya, penyadaran pada tugas manusia sebagai makhluk sosial bisa dipelajari dan dipahami melalui organisasi. Melalui organisasi, seseorang diajarkan untuk mengutamakan kepentingan kelompok, bekerjasama, dan memengaruhi orang lain. Termasuk melalui organisasi proses kepekaan dilatih dan dikembangkan, tidak lain untuk menjadi manusia yang solutif atas segala permasalahan.

Misalnya, Scully-Russ menulis penelitian tentang kehidupan para buruh di AS yang berjudul Learning to Organize: US Unions, Work, And Learning. Isinya menjelaskan tentang kehidupan para buruh ditopang dengan pembelajaran keorganisasian untuk memenuhi kebutuhan instrumental para buruh. Melalui keorganisasian, para buruh bisa memobilisasi sumber daya agar mendukung keterlibatan pekerja AS yang lebih luas dan agenda-agenda strategis dalam organisasi serikat para buruh AS.

Begitupun dalam masalah-masalah yang timbul tidak bisa hanya diselesaikan melalui jalan sendiri, alias membutuhkan banyak orang, banyak dukungan, dan banyak energi di tengah semakin kompleksnya kehidupan masa kini.

Alhasil, salah jika ada persepsi belajar berorganisasi tidak penting lagi di masa kini, utamanya untuk manfaat yang lebih besar, organisasi jelaskan dibutuhkan. Apalagi sebagai makluk sosial sejati, manusia sudah fitrahnya berinteraksi dengan yang lain, bekerjasama, hidup bersama, dan senang akan berkelompok.

Selamat berorganisasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun