Oleh karena itu, sudah saatnya menyadari bahwa apa yang membuat kita sepenuhnya manusia bukan hanya tubuh yang kita huni, tetapi ketergantungan sosial kita satu sama lain.
Richard Zoglin seorang kontributor New York Times mengemukakan kondisi saat ini lebih seperti mimpi buruk, namun pada akhirnya akan berakhir. Mungkin kondisi akan kembali seperti semula, aktivitas pertemuan tidak lagi berlangsung secara online, tetapi berjalan seperti sediakala, namun orang-orang akan mulai berpikir bahwa wawancara melalui webcam sebagai peluang penghemat uang, tidak perlu menggunakan tempat, dan itu akan terus berkembang.
Hal ini tampaknya sesuai dengan analisis sosiolog AS, George C. Homans, dalam bukunya yang berjudul Social Behavior: Its Elementary Forms, melalui proposisi sukses yang ia tawarkan. Ia menyatakan kesuksesan tindakan di masa lalu, utamanya memperoleh ganjaran, baik materi maupun nonmateri maka tindakan tersebut akan dilakukan kembali di masa depan.Â
Jika, kebutuhan akan teleconference saat ini dianggap menguntungkan, menghemat, lebih efektif dan efisien maka setelah pandemi ini berakhir bisa saja menjadi budaya baru masyarakat kita sesuai apa yang diprediksi para ilmuwan. Bahkan mungkin bisa menjadi salah satu ciri puncak budaya online global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H