Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Selamat Datang di "Pandemi" Teleconference

28 April 2020   00:47 Diperbarui: 28 April 2020   01:28 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas jika demikian terjadi, apakah pandemi Covid-19 khususnya demam teleconference akan menjadi puncak budaya online masyarakat?

Teleconference Puncak Budaya Online?

Melihat dunia hari ini yang sedang menghadapi pandemi, semua aktivitas sosial dilaksanakan di rumah. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan teleconference menggunakan smartphone atau laptop niscaya dilakukan. 

Jika sebelumnya aktivitas secara online masih bersifat penunjang, seperti berbelanja, atau pemesanan transportasi, namun saat ini pertemuan secara online menjadi wajib dilakukan. Pertemuan online merupakan substitusi pertemuan penting secara fisik yang tidak bisa dilakukan akibat pandemi.

Namun demikian, melihat kekurangan dan keterbatasan kualitas internet kita saat ini, sedikit orang yang membayangkan penggunaan teleconference hari ini menjadi aktivitas sehari-hari. 

Namun, apa boleh buat, pertemuan online menjadi solusi yang harus dilakukan semua orang dikala pandemi. Hal ini pula yang menjadi tantangan kedepan untuk menyambut puncak budaya online, apakah siap atau tidak tergantung kesiapan manusia dan penunjangnya.

Lalu, apakah teleconference akan menjadi puncak budaya online?

Meski belum dipastikan pertemuan online ini sudah selayaknya menjadi puncak dari pergeseran budaya online yang lebih luas, namun bukti bahwa kehidupan kita sudah dijalani secara online patut diyakini keberadaanya. Bahkan term "tubuh digital" sudah selayaknya disematkan pada diri kita, sama seperti kaki atau jari kita. Kata-kata yang ditulis di Twitter, di Facebook, foto-foto yang diposting di Instagram sudah menjadi bagian dari paket aktivitas dan identitas kita.

Hal ini tidak dapat disangkal bahwa kehidupan milenium sudah semua "sangat online" dan mungkin sudah kehilangan "dunia nyata" oleh obsesi terhadap ruang digital, dan kehidupan tanpa tubuh yang dihasilkan. Semua aktivitas dialihdayakan semuanya ke internet dari pilihan makanan hingga kehidupan spiritual.

Meski kadang kebingungan membedakan batas ruang online dan offline, tetapi tidak sedikit dari kita yang mempertaruhkan tanggung jawab hidup dari dunia online, menggunakan identitas publik, mencari keuntungan dari online, hingga menggunakan "merek pribadi" di Instagram dan Twitter. Sehingga timbul pertanyaan, bagian mana yang dihitung sebagai nyata, dan bagian mana yang serahkan pada dunia artifisial?

Bagaimana pun kehidupan yang kita jalani bergantung dan bertanggung jawab kepada orang lain baik online maupun offline. Termasuk percakapan online menggunakan Zoom atau bahkan pernikahan menggunakan Zoom merupakan bagian dari aktivitas kehidupan yang penuh tanggung jawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun