Turun dari KRL Commuter Line, Paijo mendapat pesan via WhatsApp dari istrinya yang minta dibelikan telur gulung di dekat stasiun.
Setelah keluar dari stasiun, Paijo menghampiri pedagang telur gulung. Ia memesan lima tusuk telur gulung.
"Satu tusuk harganya berapa Bang?" tanya Paijo.
"Dua ribu Pak," jawab penjual telur gulung.
"Lho, barusan ibu-ibu itu kok beli lima tusuk cuma bayar lima ribu," kata Paijo keheranan.
"Saya lihat Bapak berpakaian bagus, sepatu kinclong, hape keren jadi pasti kerja kantoran, berarti mampu beli telur gulung satu tusuk dua ribu," jelas penjual.
"Maksudnya gimana to?" tanya Paijo sambil garuk-garuk kepala karena kebingungan.
"Gini Pak, sehubungan dengan adanya kenaikan harga telur ayam dan harga-harga bahan baku lainnya, pihak manajemen memutuskan untuk melakukan uji coba membedakan harga telur gulung antara si miskin dan si kaya," terang penjual.
"Halah, sampeyan kok ikut-ikutan wacana perbedaan harga tiket KRL buat si miskin dan si kaya. Terus ukurannya gimana untuk membedakan miskin kaya?" tanya Paijo.
"Sementara dengan melihat penampilan, soalnya kami tidak bisa mengakses data Kemensos," kata penjual.
"Haduh! Ada-ada saja to. Terus kalau saya bayar dua ribu apa telur gulungnya jadi jumbo?" tanya Paijo.
"Ya nggak Pak, telur gulung biasa aja."
"Ya gak bisa gitu pak. Kalau mau dibedain ya misalnya harga seribu untuk telur gulung reguler, harga dua ribu untuk telur gulung jumbo, atau harga tiga ribu untuk telur gulung super jumbo," saran Paijo.
"Gitu ya pak," kata penjual.
"Iya. Jangan berdasarkan miskin kaya, riweh itu. Emang kalau penampilan rapi pasti orang kaya? Lha saya aja belum bisa nebus KTP saya yang ditahan pemilik Warteg," kata Paijo.
"Oh gitu ya Pak."
"Iya. Kalau nggak ya harganya tetap tapi ukurannya dikecilin, atau harganya naik tapi jangan banyak-banyak. Misalnya lima ribu dapat empat tusuk telur gulung," saran Paijo.
Penjual telur gulung mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi gimana Pak, jadi pesan gak ini?"
"Gak jadi, mau beli di tempat lain aja."
Depok, 4 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H