Seorang ibu mendekati gerobak Kong Jalil. Ia membeli beberapa lepet. "Saya kalau lihat lepet jadi sedih karena ingat almarhum ayah saya. Dia demen banget sama lepet," kata ibu itu.
"Anak zaman sekarang mah pada nggak demen makan lepet," imbuhnya.
Kong Jalil hanya tersenyum sambil melayani pembeli.Â
Filosofi Lepet
Camilan lepet mudah ditemui saat lebaran Idulfitri di wilayah Pulau Jawa. Lepet juga muncul seminggu setelah lebaran atau sering disebut Lebaran Ketupat.
Beberapa sumber menyebutkan lepet berasal dari kata 'silep' yang artinya kubur atau simpan dan 'rapet' yang berarti rapat. Selain itu ada peribahasa terkait lepet, 'mangga dipun silep ingkang rapet' yang artinya, 'mari kita kubur yang rapat'.
Lepet menjadi simbol bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Melalui lepet, diharapkan tumbuh sifat saling memaklumi dan memaafkan kesalahan satu sama lain.
Laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, menyebutkan bahwa setiap bahan yang digunakan untuk pembuatan lepet memiliki makna sendiri.
Tekstur ketan yang lengket satu sama lain menggambarkan ikatan pertemanan yang kuat. Kelapa yang diparut halus menggambarkan kehalusan perasaan dan sopan santun.
Janur berasal dari kata "jatining nur" yang berarti cahaya sejati, menggambarkan sucinya kondisi manusia setelah menerima cahaya sejati selama bulan Ramadhan. Janur harus diambil dari puncak pohon kelapa menggambarkan upaya yang dilakukan umat muslim demi mencapai kesucian.
Tambahan garam secukupnya menggambarkan keseimbangan hubungan antar komunitas yang harmonis. Sementara tali bambu menyimbolkan pertemanan yang kuat.