Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bernilai Jual Tinggi, Siswa MTs Negeri 1 Kota Malang Ciptakan Purwarupa Pintar Budidaya Mikroalga

12 November 2022   19:06 Diperbarui: 12 November 2022   19:15 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Izzat Adnan Kamal dan Muhammad Lingga Padantya Junaedi disamping Purwarupa Pintar Budidaya Mikroalga (Foto Setiyo)

Tumbuhan air berwarna hijau di dalam cawan kaca itu awalnya saya kira lumut. Setelah berbincang dengan Muhammad Izzat Adnan Kamal dari MTs Negeri 1 Kota Malang, ternyata tumbuhan itu adalah mikroalga.

Mikroalga merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang memiliki pigmen dan dapat melakukan fotosintesis untuk memproduksi makanan dan oksigen. Meskipun berukuran kecil, mikroalga banyak dimanfaatkan untuk industri pangan, suplemen, farmasi, kosmetik hingga bioenergi.

Izzat mengungkapkan bahwa market mikroalga cukup tinggi. Berdasarkan Allied Market Research tahun 2021, pasar mikroalga global mencapai $977,3 juta pada tahun 2020 dan diperkirakan terus naik mencapai $1.481,1 juta pada 2028.

Hal itulah yang mendorong Izzat dan temannya Muhammad Lingga Padantya Junaedi untuk mengembangkan purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga di lahan sempit. Inovasi ini mengantarkan keduanya menjadi finalis National Young Inventors Award (NYIA) 2022 yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Bersama finalis NYIA 2022 lainnya, purwarupa budidaya mikroalga karya Izzat dan Lingga dipamerkan di Indonesia Research & Innovation Expo 2022 (InaRI Expo 2022) yang digelar BRIN di Gedung ICC, Cibinong Science Center, Jawa Barat pada 27-30 Oktober 2022.

Izzat mengungkapkan purwarupa budidaya mikroalga tersebut bisa bekerja otomatis, minim pengawasan, portable, dan harga yang relatif terjangkau.

"Alat ini berpotensi bagi masyarakat perkotaan yang ingin menambah penghasilan tambahan, tetapi memliki mobilitas tinggi sehingga sibuk," kata Izzat saat saya berkesempatan mengunjungi InaRI Expo 2022 pada Jumat, 28 Oktober 2022.

Purwarupa ini terdiri dari tangki kultur tempat budidaya mikroalga, unit kontrol dan tiga tangki yang masing-masing berisi larutan asam, nutrisi mikroalga, dan larutan basa. Cara kerjanya, misalnya saat kondisi kultur terlalu basah, maka alat kontrol akan bekerja menurunkannya memakai larutan asam yang ada dalam tangki.

"Kami membuat alat ini otomatis dan dilengkapi sensor PH, TDS, sensor LDR. Misalnya nutrisi pada kultur mikroalga kurang secara otomatis nutrisi dari tangki akan dipompa untuk turun ke tangki kultur," jelas Izzat yang saat ini duduk di kelas delapan.

Izzat tertarik mengembangkan budidaya mikroalga saat di kelas delapan ada pelajaran tentang tunggal dan sel ganda. "Kami berpikir, salah satu makhluk hidup bersel tunggal itu mikroalga yang memiliki banyak manfaat dan nilai jualnya cukup tinggi," tuturnya.

Izzat dan Lingga pun berinisiasi membudidayakan mikroalga dengan melakukan studi literatur serta mencari teknologi sebelumnya. Keduanya menemukan kekurangan teknologi tersebut dan menyempurnakannya dengan membuat purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga di lahan sempit.

"Alat ini cocok untuk masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi karena minim pengawasan, dibiarkan saja sudah cukup. Dayanya juga sedikit hanya 25 watt sebulan," kata Izzat.

Untuk bibit mikroalga, menurut Izzat, banyak dijual di online shop. Waktu budidaya cukup singkat karena pada hari ke-15 sudah siap panen. Harga mikroalga di pasaran cukup tinggi 1 gram sekitar Rp 50-80 ribu. Purwarupa buatan Izzat dan Lingga bisa menghasilkan 150 hingga 200 gram mikroalga.

Untuk melindungi karya cipta mereka, pihak sekolah MTs Negeri 1 Kota Malang sudah mendaftarkan hak cipta purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga. Izzat mengatakan, pendaftaran hak cipta tersebut merupakan bentuk dukungan dari sekolah terhadap inovasi yang diciptakan oleh para siswa.

Kedepan, Izzat dan Lingga akan menyempurnakan purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga dengan memperbesar dimensi agar hasil panen mikroalga semakin banyak. "Kemungkinan kami tambahkan sensor suhu karena di daerah dengan suhu terlalu dingin mikroalga tidak bisa tumbuh," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun