Izzat dan Lingga pun berinisiasi membudidayakan mikroalga dengan melakukan studi literatur serta mencari teknologi sebelumnya. Keduanya menemukan kekurangan teknologi tersebut dan menyempurnakannya dengan membuat purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga di lahan sempit.
"Alat ini cocok untuk masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi karena minim pengawasan, dibiarkan saja sudah cukup. Dayanya juga sedikit hanya 25 watt sebulan," kata Izzat.
Untuk bibit mikroalga, menurut Izzat, banyak dijual di online shop. Waktu budidaya cukup singkat karena pada hari ke-15 sudah siap panen. Harga mikroalga di pasaran cukup tinggi 1 gram sekitar Rp 50-80 ribu. Purwarupa buatan Izzat dan Lingga bisa menghasilkan 150 hingga 200 gram mikroalga.
Untuk melindungi karya cipta mereka, pihak sekolah MTs Negeri 1 Kota Malang sudah mendaftarkan hak cipta purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga. Izzat mengatakan, pendaftaran hak cipta tersebut merupakan bentuk dukungan dari sekolah terhadap inovasi yang diciptakan oleh para siswa.
Kedepan, Izzat dan Lingga akan menyempurnakan purwarupa pintar untuk budidaya mikroalga dengan memperbesar dimensi agar hasil panen mikroalga semakin banyak. "Kemungkinan kami tambahkan sensor suhu karena di daerah dengan suhu terlalu dingin mikroalga tidak bisa tumbuh," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H