"KRL cuma sampai jam enam Neng sejak ada virus corona. Masak Eneng nggak tahu, pan beritanya ada di tipi-tipi ama medsos," kata penjual gorengan yang suka ngider di sekitar stasiun.
Waduh, bisa gagal deh ketemu Babang Kunto. "Kenapa nggak naik Ojol saja yak?," pikir Kunti sambil membuka aplikasi Ojol. Ternyata menu ojek motor tidak nampak di aplikasi. Waduh, ada apa ini, apa gara-gara corona juga. Siapa sih corona itu, pikirnya?
Kunti mencoba memencet menu ojek mobil, ternyata tarifnya 50 ribuan. Kok mahal seh, mendingan buat beli kuota, jadi bisa video call ama Babang Kunto.
Kunti melangkah gontai menuju pangkalan bajaj sambil celingak-celinguk mencari tukang pancong langganan Emaknya. Ini mah judulnya: Kunti, sudah tidak ada lagi kereta yang lewat. Malam ini Kunti gagal ketemu Babang Kunto.
--- oOo ---
Pagi-pagi sehabis mandi dan gosok gigi, Kunti sibuk memilih beberapa gaun yang bergelantungan dahan pohon asem. Gaun putih semua, warna favorit Kunti. Sebenarnya Kunti ingin sesekali memakai gaun warna pink atau ungu.
Setelah memakai gaun putih, Kunti bersolek dengan d'Meet Cosmetics. Setelah rapi jali, Kunti sempat joged untuk mengupdet akun tik-tok. Namanya goyang dahan asem.
O, iya mengapa Kunti tumben-tumbenan sudah rapi? Biasanya jam tujuh pagi dia masih ngorok dan ilernya berjatuhan membasahi daun-daun asem. Pagi ini Kunti ingin menebus kekecewaan malam kemarin sewaktu gagal ketemu Babang Kunto gara-gara KRL beroperasi hingga magrib saja.
Sebagai anak yang berbakti Kunti pun berpamitan pada Emaknya yang sedang menunggu Tukang Sayur Keliling. "Ya udah hati-hati. Kamu minta dimasakin apa?"
"Terserah Emak aja. Sayur asem juga boleh."
"Kita kan udah tinggal di pohon asem, masam makannya pakai sayur asem juga. Bagaimana kalau ayam asem manis. Eh asem juga yak."