Dalam perbincangan di Kemah Seni tersebut, Mukhlis memperagakan filosofi cara memainkan karinding yaitu yakin, sabar dan sadar. Kalau kita tidak memakai filosofi itu memaikannya tidak akan sempurna.
Bagian pertama adalah pegangan, yang secara filosofi adalah keyakinan yang kuat, sebab getaran itu harus ada tempat statis agar lama bergetar.
Filosofi kedua adalah pukulan yang menghasilkan getaran, bermakna kesabaran yang akan terasa di dalam rongga tubuh.
Dari cara memainkannya, karinding terbagi menjadi tiga jenis yaitu pukul, tarik, dan towel (colek). Karinding dari Lombok bernama Slober, cara memainkkannya dengan ditowel. Karinding yang ditarik ada di Jawa dengan nama Rinding, di Bali bernama Genggong, di Papua bernama Pikon, dan beberapa daerah lain dengan berbeda.
Satu-satunya karinding yang dipukul, berasal dari wilayah Sunda. Sementara karinding dari luar negeri rata-rata ditowel dan terbuat dari besi.
Karinding saat dipadukan dengan alat musik modern, menurut Mukhlis berperan sebagai rhytm dan perkusi. Untuk pemula, satu karinding akan menimbulkan satu nada.
Bagi yang sudah mahir, satu karinding bisa menimbulkan tiga nada karena saat memainkannya melibatkan tiga ruang dalam tubuh yaitu rongga mulut, tenggorokan, dan rongga perut.
Untuk membuat karinding, jenis bambu yang bagus adalah bambu betung kering. Standar ukurannya, jarak antara pemukul dengan bunyi 3 banding 2. Patokan ukurannya bisa menggunakan tiga jari dan dua jari. Untuk panjang pegangannya bebas dan bisa disesuaikan untuk kenyamanan saat memegang.
Mukhlis mengungkapkan, tantangan dalam gerakan melestarikan karinding ini dalah masalah keuangan. Mereka harus mengumpulkan uang sebelum pergi ke suatu tempat.
Namun, Mukhlis sangat bahagia karena sambutan yang antusias dari peserta terutama anak-anak. Karena sudah lima tahun berjalan, mereka memiliki metode praktis untuk mengajarkan karinding.
Saat ini, terang Mukhlis, beberapa peserta workshop sudah ada yang membuat sanggar karinding seperti Barak Karinding, Sekar Gelok, Karinding Ujung Kulon, Karang taruna di Gunung kidul, dan lain-lain. Pada Desember 2018, Mukhlis dan teman-temannya berencana membuat pertunjukan 1000 pemain Karinding di Tangerang.