Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dua Kali Batal Naik Kereta Bandara

3 April 2018   07:57 Diperbarui: 3 April 2018   08:08 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sudah pernah naik kereta bandara? Belum. Jawaban itu sebenarnya cukup memalukan karena saya sering mengaku sebagai roker (rombongan kereta) dan TRAINer (penumpang kereta).

Nah, pada hari Rabu (22/3/2018) saya mendapat peluang naik kereta bandara dari Bandara Soekarno-Hatta (SHIA) Cengkareng. Kebetulan saya pulang numpak motor mabur dari Semarang selepas tugas kantor di Temanggung, Jawa Tengah.

Perjalanan pulang dari bandara ke rumah saya di Depok kan bisa santai. Beda dengan perjalanan dari rumah ke Bandara SHIA yang sampai saat ini lebih mengandalkan bus bandara. 

Pasalnya, perjalanan dari Depok menuju Stasiun Sudirman Baru lebih efektif naik KRL. Di jam-jam sibuk, KRL disesaki para pekerja. Jadi harus berebut dan resiko dipisuhi penumpang kalau bawa barang bawaan segede gaban.

Begitu turun di Stasiun Sudirman harus bersabar mengantri ke luar stasiun dan jalan kaki ke Stasiun Sudirman Baru. Eh sudah cek jadwal dan pesan tiket belum? Nanti di tiba di bandara ke terminal pemberangkatan transit pakai kereta layang ya? Kalau ada gangguan sinyal bagaimana?

Bayangan-bayangan itu masih menghantui dan membuat saya was-was untuk naik Kereta Bandara ke SHIA. Takut ketinggalan pesawat jadi alasan utama. Apalagi belum ada film: Arini, Masih ada Pesawat yang Akan Lewat. Halah. Akhirnya pada bus bandara saya mendamparkan pilihan. Tinggal naik, bayar di atas, dan tidur.

Karena perjalanan pulang ke Depok dari SHIA bisa santai, saya bertekad naik kereta bandara. Tapi opini teman serombongan menggoyahkan niat saya. Pesawat kami tiba di SHIA selepas maghrib. Jam segini KRL penuh bro, kata teman saya. Apa nggak repot transit ke Stasiun Sudirman, mending naik bus bisa tidur. Dicek dulu jadwalnya, dah pesen tiket belum?

Saat bimbang, dari kejauhan terlihat Bus Hiba Utama menuju Depok melambai-lambai. Kondisi lelah membuat saya menyerah. Saya dan teman menghadang bus itu. Untung saja perjalanan sangat lancar, hanya sedikit terhambat di Jalan Raya Margonda. 

Pada hari minggu (1/4/2018) kuturut ayah ke kota, eh saya kembali mendapat kesempatan naik bandara dari SHIA. Pesawat udara yang saya naiki mendarat sekitar 11.20 WIB. Kesempatan kali ini jangan sampai gagal. Apalagi saya punya misi mereview atau membuat puisi di atas kereta bandara.

O iya, saya kan belum pesan tiket. Saya cek jadwal eh ternyata yang tersedia pemberangkatan pukul 13:35 WIB. Ealah masih lama, sementara keluarga di rumah sudah menunggu. Eh dari kejauhan kok ya Bus Hiba utama mak jegagik datang menggoda iman. Saya pun kembali terdampar di bus menuju Depok. 

Nampaknya ulasan mengenai kereta bandara kembali tertunda. Eh ini kan semacam ulasan juga mengapa orang jadi batal naik kereta bandara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun