"Kamu ini gimana, orang lain pengin tahun baruan di luar negeri, eh kamu malah pulang kampung."
"Aku kangen simbok, sudah lama nggak ketemu. Sudah lama juga nggak bakar jagung ama bakar ikan gabus atau licingan. Kangen juga pengin nyeruput dawet ireng."
"Kamu jahad Fahri, ngomongin kuliner di saat seperti ini. Jadi laper nih."
Fahri tersenyum sambil menatap kaca kereta. Gedung-gedung seakan yang berlarian mengejar kereta bandara.
"Kereta bandara ini bagus juga ya. Kayaknya nanti kalau ke bandara mau naik kereta ini lagi," kata Fahri.
'Iya Fahri, walaupun keberadaanya akan mengurangi jadwal perjalanan KRL. Eh ngomong-ngomong dari luar negeri, oleh-olehnya mana?"
"Gantungan kunci mau?"
Fahri dan Husna meneruskan percakapan, hingga akhirnya Kereta Bandara merapat di peron Stasiun Sudirman Baru. Fahri mengambil kopernya yang segede gaban.
"Busyet, ini koper bawaanmu? Kamu kayak emak-emak habis belanja dari tanah abang," goda Husna.
Setelah menyeret-nyeret koper besar, Fahri dan Husna sampai di Stasiun Sudirman. Namun langkah Fahri terhenti oleh sapaan petugas stasiun. "Maaf Pak, koper Bapak sepertinya melebihi ukuran yang telah ditentukan. Silakan diukur kalau Bapak kurang yakin," kata Petugas sambil menunjukkan aturan dimensi maksimal barang bawaan untuk bisa naik KRL.
Waduh! Tahu gitu tadi naik bus bandara saja, batin Fahri. Tiba-tiba, Husna mengandeng tangannya, "Mari ngemie, Fahri."