Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayat-Ayat Cinta di Kereta Bandara

28 Desember 2017   13:34 Diperbarui: 28 Desember 2017   13:41 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kereta bandara Soekarno-Hatta (foto kompas.com)

Fahri tak henti mengagumi interior kereta bandara. Lima tahun berada di luar negeri, ternyata sudah banyak perubahan dalam dunia perkeretaapian tanah air. Sebagai mantan roker, Fahri pun cakrak-cekrek selfi dengan berbagai gaya. Salah satu foto diunggah di instragramnya @fahrigantenk: Wow! Sekarang dari bandara Soetta sudah ada kereta modern. Ada colokannya lagi.

Tiba-tiba seorang wanita cantik menghampiri dan menyapanya. "Kamu Fahri ya. Aku Husna roker Citayam. Kita dulu sering ketemu di gerbong tiga."

Keduanya bersalaman. "Wah, sudah lama kita tidak ketemu," kata Fahri dengan cool. Wajah Husna berseri-seri.

"Iya. Nggak nyangka tarif promo mempertemukan kita di sini," kata Husna.

"Oh kereta bandara ini masih promo to. Pantas tiketnya cuma tiga puluh ribu. Tadinya saya mau naik bus bandara tapi gak jadi," tanya Fahri.

"Iya. Masa sebagai roker sejati kamu nggak tahu. Emang kemana aja selama ini?'

"Saya sudah lama di luar negeri."

"Wah hebat sekali kamu Fahri. Kerja apa di sana?" tanya Husna dengan mata berbinar-binar. Memang sudah lama Husna memendam rasa pada Fahri, tapi tak berani mengungkapkannya.

"Cuma bantu-bantu jadi dosen. Eh, kabar teman-teman gerbong tiga gimana?" Fahri mencoba mengalihkan pembicaraan. Kereta Bandara perlahan bergerak.

"Sudah pada pisah sejak KRL Ekonomi dihapus. Kadang-kadang saja bertemu. Terus rencananya kamu mau kemana?"

"Mau ke Depok dulu nemui saudara ama ponakan-ponakan, terus ke Purworejo. Tahun baruan di sana."

"Kamu ini gimana, orang lain pengin tahun baruan di luar negeri, eh kamu malah pulang kampung."

"Aku kangen simbok, sudah lama nggak ketemu. Sudah lama juga nggak bakar jagung ama bakar ikan gabus atau licingan. Kangen juga pengin nyeruput dawet ireng."

"Kamu jahad Fahri, ngomongin kuliner di saat seperti ini. Jadi laper nih."

Fahri tersenyum sambil menatap kaca kereta. Gedung-gedung seakan yang berlarian mengejar kereta bandara.

"Kereta bandara ini bagus juga ya. Kayaknya nanti kalau ke bandara mau naik kereta ini lagi," kata Fahri.

'Iya Fahri, walaupun keberadaanya akan mengurangi jadwal perjalanan KRL. Eh ngomong-ngomong dari luar negeri, oleh-olehnya mana?"

"Gantungan kunci mau?"

Fahri dan Husna meneruskan percakapan, hingga akhirnya Kereta Bandara merapat di peron Stasiun Sudirman Baru. Fahri mengambil kopernya yang segede gaban.

"Busyet, ini koper bawaanmu? Kamu kayak emak-emak habis belanja dari tanah abang," goda Husna.

Setelah menyeret-nyeret koper besar, Fahri dan Husna sampai di Stasiun Sudirman. Namun langkah Fahri terhenti oleh sapaan petugas stasiun. "Maaf Pak, koper Bapak sepertinya melebihi ukuran yang telah ditentukan. Silakan diukur kalau Bapak kurang yakin," kata Petugas sambil menunjukkan aturan dimensi maksimal barang bawaan untuk bisa naik KRL.

Waduh! Tahu gitu tadi naik bus bandara saja, batin Fahri. Tiba-tiba, Husna mengandeng tangannya, "Mari ngemie, Fahri."

Karena kurang konsentrasi dan efek lapar, Fahri mendengarnya: Marry Me, Fahri. Fahri gelagapan, sedang mikir mau naik apa ke Depok, eh ada yang ngajak nikah. Aya-aya wae nih.

"Ayo Fahri, sudah lama kita nggak ngemie."

"Oalah mari ngemie to," kata Fahri. Keduanya pun berjalan menuju warung mie yang paling luwes di dekat Stasiun Sudirman

'Emang tadi kamu dengernya apa?"

"Nggak."

Thamrin, 28 Desember 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun