"Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu."
Banyak orang familiar dengan peribahasa tersebut dan mengamini kedalaman maknanya. Siapa yang bisa menduga pikiran dan hati seseorang. Tak ada yang membantah bahwa dalamnya laut dapat diukur. Tapi, apakah banyak yang tahu bagaimana cara mengukur kedalaman laut?
Pada Kamis (30/11/2017) yang mendung dan sesekali hujan turun, saya mendapat kesempatan bertemu dengan Agus Sudaryanto, Kepala Program Revitalisasi Kapal Riset (KR) Baruna Jaya di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. Pertemuan ini menambah wawasan saya bagaimana dasar laut bisa diukur dan dipetakan.
Agus bercerita bahwa BPPT berhasil melakukan pengujian sistem Multibeam Echosounder(MBES) Hydrosweep DSyang terpasang pada KR) Baruna Jaya 1. Sistem MBES berfungsi untuk pemetaan dasar laut hingga kedalaman 11.000 meter atau 11 kilometer. Wah.
Menurut Agus, awalnya Tim SAT akan mencoba sistem MBES hingga kedalaman 6.000 meter. Sayangnya, mereka terkena badai Siklon Cempaka di Samudera Hindia, sehingga uji fungsi dilaksanakan di kedalaman 2.000 meter. Arahnya pun bergeser  ke Barat Sumatera.
Hasil uji sistem MBES dan akuisisi data multibeam, alat ini sudah siap digunakan karena sudah berfungsi dan sesuai spesifikasi. Pada kedalaman 2000 meter, MBES mampu memberikan coverage 11.000 meter sesuai spesifikasi. Â Selain melakukan pemetaan dasar laut, dilksanakan pendeteksian obyek dasar laut.
Ternyata, sistem ini berhasil memberikan gambaran bagus tentang bangkai kapal di dasar laut dari KM. Bahuga Jaya yang tenggelam di perairan Selat Sunda, sekitar 5 mil menuju pelabuhan Bakauheni pada 26 September 2012.
Agus menerangkan, MBES sebagai peralatan utama yang harus terpasang di kapal berhasil diinstalasi pada KR. Baruna Jaya I di galangan kapal PT. Samudera Marine Indonesia (SMI), Banten pada 26 Oktober - 21 November 2017. Instalasi sistem MBES melibatkan expert Teledyne Marine dan disupervisi tim teknis dari BPPT.
"Revitalisasi peralatan survei termasuk sistem MBES full depth merupakan langkah awal untuk membuat KR. Baruna Jaya I BPPT sebagai kapal survei penelitian multi guna baik untuk survei hidro-oseanografi maupun pemetaan laut dalam," ungkap Agus.
Dengan penambahan peralatan ini, kapal Baruna Jaya I memiliki peralatan riset yang lengkap dan mempunyai kemampuan yang sangat memadai untuk melaksanakan survei kelautan sesuai dengan standar internasional.
Menurut Agus, berfungsinya sistem MBES full depth menjadikan KR. Baruna Jaya I sebagai kapal riset satu-satunya di Indonesia yang mampu melakukan pemetaan dasar laut sampai kedalaman 11.000 meter. Sistem ini bisa digunakan untuk survei penentuan jalur kabel, jalur pipa, penempatan buoy gempa dan tsunami, maupun survei geoteknik untuk pembangunan jembatan dan lain-lain.
Selama pengoperasiannya sejak 28 tahun lalu, KR Baruna Jaya I pernah dikerahkan untuk mendukung Operasi SAR, yaitu dalam pencarian pesawat Air Asia QZ 8501 pada 2014-2015. Selain KR. Baruna Jaya I untuk survei kelautan dan perikanan, BPPT juga mengoperasikan Baruna Jaya II, III, dan IV.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI