Melebarnya pembuluh darah membuat aliran darah lancar dan pasokan oksigen dalam darah bertambah. Kulit ari juga terlepas seperti halnya saat luluran, terangnya.
Prof. Didik telah melakukan penelitian mengenai manfaat kerokan sepanjang 2003-2005. Praktik pengobatan ini dikenal sejak zaman nenek moyang. Namun, sejauh ini belum ditemukan literatur tentang asal-usul kerokan. Metode semacam kerokan juga dikenal di negara lain, seperti di China (gua sha), Vietnam (cao gio), dan Kamboja (goh kyol).
Agar hasil kerokan lebih maksimal, Ia menyarankan agar kerokan dimulai dari atas ke bawah di sisi kanan dan kiri tulang belakang. Selanjutnya diterukan dengan garis-garis menyamping di punggung bagian kiri dan kanan. Alat pengerok dipegang 45 derajat agar tidak terlalu sakit saat bergesekan dengan kulit.
Menurutnya, salah satu unsur dalam kerokan adalah hubungan emosional antara orang yang dikerok dan orang yang mengerok. Hal ini bisa membantu penyembuhan. Ibu yang mengerok anaknya sambil bercerita merupakan unsur biopsikososial dalam pengobatan yang kini digalakkan dalam pengobatan modern.
Jadi, jangan ragu untuk kerokan bila masuk angin atau tidak enak badan. Yang penting jangan dilakukan secara berlebihan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H