Durung mari nek rung dikeroki.
Kalimat dalam Bahasa Jawa yang terjemahannya "Belum sembuh kalau belum dikeroki," sering terlontar dari orang yang sedang masuk angina tau tak enak badan. Kerokan telah lama menjadi pengobatan tradisional yang diandalkan untuk mengobati masuk angin, nyeri otot, perut kembung, mual, sakit kepala, meriang, dan lain-lain.
Bahkan tiap keluarga di Jawa biasanya sudah menyiapkan wadah khusus untuk alat kerokan. Misalnya, tatakan gelas atau mangkuk kecil. Tujuannya agar setiap saat diperlukan bisa melaksanakan KDRT (Kerokan dalam Rumah Tangga). Bukan kekerasan dalam rumah tangga lho.
Isinya berbeda-beda sesuai kebiasaan keluarga tersebut. Ada yang suka memakai minyak goreng atau minyak kelapa, balsem, minyak angin, minyak tawon, hingga minyak tanah. Sewaktu kecil, Ibu saya suka mencampur minyak kelapa (lenga klentik) dengan sedikit minyak tanah (lenga patra).
Saat ini, orang banyak mengandalkan balsam untuk kerokan. Salah satunya Balsem Lang. Produk dari PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) ini hangatnya pas, tidak terlalu lengket dan terdapat aroma terapi yang akan membuat orang yang dikerok merasa nyaman dengan aromanya. Sebagaimana tradisi kerokan, Balsem Lang telah 40 tahun menjadi sahabat dan teman kerokan yang menyembuhkan.
Sebagai balsam pereda sakit, Balsem Lang terbuat dari campuran bahan-bahan alami bermutu tinggi. Balsem Langjuga bisa menjadi balsam aromanya terapi dan obat luar multi fungsi. Balsem Lang memiliki beberapa keunggulan antara lain: lebih tidak lengket, aroma yang menenangkan, membantu meringankan sakit dan nyeri termasuk pusing, masuk angin, pegal-pegal, nyeri sendi, salah urat, keseleo, sesak napas, mabuk perjalanan, dan gatal-gatal karena gigitan serangga.
Alat pengeroknya pun beragam misalnya uang logam atau sendok. Uang logam kuno atau sering disebut uang benggollebih disukai karena sisinya tidak bergerigi. Semakin sering dipakai semakin nyaman uang logam tersebut untuk kerokan.
Karena sulit mencari uang logam kuno, saya pernah mencoba memakai anak kunci yang pipih. Ternyata lebih enak karena lebih mudah dipegang. Akhirnya anak kunci terus kami pakai untuk kerokan.
Saya mengenal kerokan sejak kecil. Tradisi turun-temurun itu telah menjadi bagian dari kehidupan di kampung saya di wilayah Purworejo, Jawa Tengah. Begitu sebagian besar kampung-kampung di Pulau Jawa.
Dari cerita Ibu, sewaktu kecil saya pernah dikerokin menggunakan bawang merah. Menurut saya, hal ini merupakan bentuk kepekaan rasa, sebab kulit anak kecil bisa terluka bila dikerok memakai uang logam.