Panji bangkit dan hendak berlalu. "Tenang dulu Mas! Anda berada di kereta yang kami desain khusus untuk promo film Hantu Gerbong Tujuh. Anda termasuk penumpang beruntung karena bisa merasakan langsung thriller film horor ini," kata seorang perempuan yang menyibak kerumunan bidadari.
Gila! Jadi aku hanya korban promo film horor. "Beruntung apanya? Tahu nggak, saya hampir mati berdiri," protes Panji.
"Untuk itu Anda berhak mendapatkan tiket nonton gratis untuk dua orang, smartphone, poster dan bingkisan lain. Jangan lupa ajak teman-temannya nonton ya."
Perasaan trauma dan gembira campur aduk dalam hati Panji. Sesi foto penyerahan hadiah di gerbong tujuh dijalani dengan tubuh lemas tanpa ekspresi. Untung ada para bidadari pengobat hati. Namun tiba-tiba terbersit tanya, kemana sosok-sosok seram tadi?
---oOo ---
Sesampainya di rumah, Panji langsung menghempaskan tubuh di atas ranjang. Perhatiannya langsung tertuju ke bingkisan. Poster, stiker, dan merchandisefilm Hantu Gerbong Tujuh dicampakkan ke tempat sampah. Benda-benda itu hanya membuat trauma.
Satu-satunya benda yang menarik tentu saja smartphone merek terkenal. Panji segera membuka segel yang ada di bungkus. Inilah hadiah pelipur lara. Sudah lama ia bermimpi bisa memiliki handphone mahal itu. Â
Ketika bungkusan terbuka mata Panji terbelalak. Jantungnya berdetak kencang. Secara refleks, kardus itu dilemparkan ke lantai. Â Daun-daun kamboja, kain kafan, dan sebuah pocong mini berserakan.
--- oOo ---
Depok, 2015 - 2017
*SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).