[caption caption="Poster AADC 2 (Sumber: aadc2.com)"][/caption]Setelah 14 tahun atau 168 purnama terpisah, pasangan yang saling memendam rasa Rangga-Cinta akhirnya dipertemukan dalam film Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC 2). Penggemar AADC jilid pertama berdebar-debar menantikan pertemuan antara keduanya.
Sebagai pengguna KRL Commuter Line, sebenarnya saya ingin keduanya bertemu atau dipertemukan di stasiun kereta. Berikut ini alternatif stasiun KRL yang bisa dijadikan latar belakang pertemuan Rangga-Cinta. Judulnya bukan lagi AADC 2 tapi AADCL, Ada apa dengan Commuter Line. Eh... Ada Apa dengan Cinta Lanjutan. Namanya juga keinginan, semoga Mbak Mira Lesmana berkenan.
Stasiun Manggarai
Pemilihan stasiun Manggarai sebagai lokasi pertemuan Rangga-Cinta didasari unsur drama. Cinta yang berada di KRL harus bersabar dan berdebar-debar. Selepas stasiun Tebet, KRL yang dinaikinya tertahan lama di sinyal masuk stasiun Manggarai. Pastinya Cinta kesel bingitz.
Cinta pun curhat di grup Fesbuk pengguna KRL, "Nggak dapat duduk, eh KRL tertahan lama di sebelum Manggarai. Sebel deh."
Bukannya mendapat simpati, Cinta justru di-bully. “Kalau mau nyaman naik taksi aja, Cin!”
“Sudah bayar murah ngeluh mulu!”
“Memangnya Cinta penumpang prioritas harus dapat duduk?”
Cinta mendadak dapat kuliah teknis dari komentator bagaimana ribetnya petugas Manggarai mengatur arus keluar masuk KRL dari empat penjuru. Belum lagi stasiun Manggarai harus melayani kereta luar kota yang bayarnya lebih mahal.
Sementara di Stasiun Manggarai, Rangga bergegas menuju peron jalur lima. Menurut anonser atau tukang halo-halo, KRL yang dinaiki Cinta akan masuk di jalur lima. Eh, ternyata anonser meralatnya: KRL masuk ke jalur tiga. Rangga jadi kesal, apalagi langkahnya terhalang KRL yang parkir di jalur empat. Jadi berlari muter deh Mas Rangga. Jadi kebayang Mas Rangga yang ganteng harus lari-lari muterin peron stasiun Manggarai demi Cinta. Terkesan macho banget kan bro.
Stasiun Bogor
Pemilihan lokasi di Stasiun Bogor ini bisa romantis sekaligus epic. Hal ini disebabkan pintu keluar masuk menuju stasiun Bogor yang oleh sebagian penumpang dianggap sangat Sparta. Cinta bisa dikondisikan berjalan dari arah Kebun Raya Bogor, kemudian berjibaku menyibak lalu lalang penumpang di lorong sempit yang diapit dua pagar besi. Hati-hati tangan-tangan jahil ya, Neng Cinta.
Setelah itu Cinta harus memilih untuk jalan memutar atau naik turun tangga Jembatan Penyeberang Orang (JPO) hanya untuk melintasi pagar menuju stasiun. Perjalanan menuju Stasiun Bogor ini bisa menjadi thriller yang mendebarkan. Sepertinya sutradara harus menyiapkan pemeran pengganti buat Mbak Dian Sastro. Takut betisnya berubah jadi segede tales Bogor.
Stasiun Mampang
Bagi Rangga, keberadaan Cinta itu bagai stasiun Mampang, sudah lama tak disinggahi kereta, namun namanya tak pernah terhapus dalam peta perjalanan. Bahkan tiap kali KRL melintas, nama stasiun Mampang menggema di sekujur kereta dengan penuh getar kerinduan.
Sebagai seorang yang puitis, pertemuan Rangga-Cinta di stasiun Mampang pasti akan romantis. Di atas peron yang ditumbuhi alang-alang dalam naungan terang purnama, keduanya bisa menyatakan cinta. Oh so sweet.
Tapi Rangga harus memastikan kalau sosok yang ditemuinya benar-benar Cinta. Takutnya penampakan. Hiiii.
Stasiun Sudirman
Cinta yang naik KRL dari stasiun Serpong harus rela bermejret ria menuju stasiun Tanah Abang. Beberapa kali hapenya bergetar namun ia tak bisa membacanya karena padatnya penumpang. Pasti Rangga sudah lama menunggu.
Saat turun di stasiun Tanah Abang dan ngos-ngosan naik turun tangga mengejar KRL feeder menuju Stasiun Sudirman. Eh KRL-nya jalan duluan. Cinta hanya bisa bengong di peron. Sabar ya Cin!
Stasiun Duri
Agar tak terkesan penulis mempersulit pertemuan, perjalanan KRL yang dinaiki Rangga ke Stasiun Duri lancar-lancar saja. Di peron stasiun Duri, Rangga berdebar tak karuan saat mendapati Cinta berdiri memunggunginya.
"Cinta. Setelah sekian ratus purnama, akhirnya waktu mempertemukan kita," kata Rangga sambil memegang pundak Cinta.
Cinta membalikkan badan sambil menyibakkan rambut panjangnya, "Aih Mas Rangga, eike juga dah lama nungguin."
Rangga bengong ternyata dia bukan Cinta, tapi bidaduri. 'Bidadari' stasiun Duri. Oh, Cinta, kamu di mana?
#Ada es cendol?
Salam halah
Setiyo Bardono
(Penumpang KRL kelahiran Purworejo bermukim di Depok. Penulis buku puisi Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta dan Mimpi Kereta di Pucuk Cemara. Novel karyanya: Separuh Kaku juga berlatar kehidupan KRL.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H