Sesuai namanya era digital zaman sekarang memerlukan seseorang yang tidak hanya mampu menguasai hal-hal tentang jurnalistik, tetapi juga mampu dan lihai menggunaan teknologi yang ada dalam menyebarkan sebuah berita.
Multitasking dalam dunia jurnalistik pada era sekarang sangat dibutuhkan. Multitasking sendiri adalah ketika seseorang mampu mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Jurnalistik merupakan pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi menurut Kridalaksana dalam Sumadiria (2005:2).
Penelitian tentang pentingnya multitasking di tempat bekerja juga sudah dilakukan oleh beberapa orang dalam Jornal of Business Studies Quarterly. Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa multitasking penting dilakukan dalam memaksimalkan hasil kerja, walaupun konsekuensi yang ditimbulkan pada saat melakukan multitasking akan ada seperti kelelahan setelah melakukan pekejaan yang berbeda pada waktu yang sama. Tetapi dalam jurnal tersebut disebutkan, bahwa multitasking memudahkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang sama sehingga stres dalam dunia pekerjaan bisa menurun.
Pada artikel yang sebelumnya, dijelaskan bahwa jurnalisme zaman dahulu hanya diproduksi oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang tersebut, dan mereka hanya terfokus pada bagian bidang mereka saja, sebagai contoh seorang wartawan, hanya terfokus pada pekerjaannya saja yang mencari berita lalu menulisnya menjadi sebuah berita utuh.
Berkembangnya zaman juga mempengaruhi dunia jurnalisme yang ada, tidak hanya kecanggihan teknologi yang membuat dunia jurnalisme harus berubah, tetapi orang-orang di dalamnya mau tidak mau harus ikut mengikuti perkembangan yang ada .
Dari publikasi cetak yang beralih ke online, dunia jurnalisme berubah dari yang awalnya dipenuhi dengan pengecekan fakta, berbagai tingkat editor, dan tim desain. Rata-rata seorang wartawan yang tadinya hanya duduk di meja dan berhadapan dengan layar komputer, harus berpindah menjadi seseorang yang tidak hanya melakukan wawancara dan menulis artikel, tetapi juga mengambil foto, merekam video, mengedit rekaman, periksa fakta, membaca bukti lalu menyebarkannya lewat internet maupun media sosialnya.
Seorang reporter Laura Gregorini pernah mengaku stres dengan tuntutan dunia jurnalistik masa lampau dan deadline perusahaannya yang mengharuskannya hanya bekerja pada bagiannya. Terbiasa dengan rutinitas dan jam lembur membuat dirinya sebagai reporter tidak bisa meninggalkan layar komputer untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin sebelum deadline dan terkadang seorang editor bisa menelponnya saat sudah dirumah untuk mengklarifikasi jika terjadi sebuah kesalahan. (Read real article)
Perkembangan teknologi yang semakin canggih inilah yang membuat seorang yang bekerja dalam bidang jurnalistik harus bisa multitasking atau melakukan berbagai pekerjaan walaupun itu bukan bidangnya. Zaman yang semakin maju dan berkembang inilah alasan utama seorang jurnalistik harus mampu mengikuti perkembangan yang ada.
Zaman sekarang, ketersediaan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan orang-orang yang berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan. Bahkan dalam dunia jurnalistik, seseorang diharuskan melek media dan teknologi dan peka terhadap perkembangan yang ada, sehingga tidak dianggap ketinggalan.
Tantangan seorang yang bekerja di dalam jurnalisme juga terlihat jelas, bagaimana teknologi merubah perspektif seseorang, dari yang awalnya hanya seorang yang bekerja di bidang jurnalisme yang boleh menuliskan berita, menjadi semua orang bisa menulis berita tanpa harus menjadi seorang jurnalistik. Ini membuat seorang jurnalistik, harus mampu peka terhadap keinginan masyarakat sekarang dan juga memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada untuk membuat dan menyebarkan informasi.
I Made Ray Karuna Wijaya, anggota Dewan Pers mengatakan bahwa wartawan masa depan harus bisa multitasking karena era sekarang adalah masa digital dimana setiap massa punya banyak platform yang mengharuskan wartawannya multitasking. (Read real article)
Di era sekarang penting untuk seorang jurnalistik bisa multitasking perdebatan sempat terjadi (artikel tidak dapat di hyperlink, tertulis pada sumber di ending) seperti yang dikatakan oleh Profesor di Universitas Dalhousie John Christie dalam artikel tersebut "Ketika kamu melakukan pekerjaan berbeda atau multitasking, kamu akan menjadi buruk disetiap pekerjaanmu" menunjukkan bahwa memang tidak setiap orang bisa melakukan berbagai pekerjaan dalam satu waktu, selain sulit dalam membagi apa saja yang harus dikerjakan, kualitas yang dihasilkan bisa berbeda.
Dikutip dalam BBC (read the real article) sebenarnya memang tidak dianjurkan jika seseorang melakukan suatu pekerjaan secara multitasking. Dijelaskan disana bahwa otak kita akan bekerja maju mundur apabila melakukan beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan, dan itu memacu stres berlebihan di dalam pekerjaannya.
Walaupun bisa dikatakan multitasking merugikan dalam hal menyelesaikan suatu pekerjaan, tuntutan zaman sekarang membuat seorang yang bekerja di bidang jurnalistik tidak bisa mengungkiri bahwa zaman yang semakin maju membuat mereka harus bisa mengikuti kemajuan yang ada dengan bisa melakukan berbagai pekerjaan dalam waktu yang bersamaan.
Pentingnya seorang jurnalistik multitasking sudah terlihat jelas dari bagaimana masyarakat sekarang menginginkan informasi yang cepat dan mudah dijangkau. Walaupun jurnalisme lama masih tetap ada, masyarakat di era sekarang lebih memilih segala sesuatu yang instan dan bisa didapatkan hanya dengan berselancar lewat internet.
Seperti yang dijelaskan tadi, masyarakat zaman sekarang membutuhkan informasi yang cepat namun kredibel sehingga pentingnya seorang yang bekerja dalam bidangnya mampu mengikuti zaman yang ada dengan bantuan teknologi. Pencarian, pembuatan, pengeditan dan penyebaran berita bisa dilakukan dimana saja selama adanya internet. Kehadiran internet inilah yang membuat seseorang harus mampu mengendalikan dunia jurnalistik dengan multitasking.
Seorang jurnalistik bisa stres jika harus menghadapi deadline yang diminta oleh perusahaannya, tetapi dengan melakukan pekerjaannya secara multitasking atau mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan stres tersebut bisa hilang, karena pekerjaannya dapat dilakukan dimana saja selama internet ada tanpa harus menetap di dalam kantornya dan berkutik di depan layar komputer.
Dari tulisan diatas, dapat disimpulkan bahwa multitasking dapat berdampak buruk apabila kita tidak bisa melakukan beberapa pekerjaan dalam waktu yang sama, tetapi tuntutan seorang jurnalistik untuk selalu mengikuti perkembangan media dan zaman, mengharuskan mereka agar bisa melakukan pekerjaan yang banyak dalam waktu yang bersamaan.
Pentingnya seorang yang bekerja dalam jurnalistik dalam melakukan pekerjaan secara multitasking memang terlihat, karena zaman selalu berubah, seorang yang bekerja dibidangnya harus mampu mencari, membuat berita, mengambil gambar, mengeditnya dan menyebarkan berita tersebut. Deadline yang terlihat berat, bisa dikatakan menjadi ringan karena multitasking sendiri bisa dikerjakan mereka dimana dan kapan saja selama internet berjalan.
Zaman yang semakin maju inilah yang membuat seorang jurnalistik harus mampu bersaing dengan netizen atau masyarakat biasa dalam menyebarkan informasi. Era sekarang, masyarakat biasa (yang bukan bekerja dalam bidang jurnalistik) juga bisa menyebarkan informasi lewat sosial media nya. Walaupun begitu, seorang jurnalistik tetap memiliki kemampuan yang lebih daripada masyarakat biasa dalam mengolah segala informasi yang ada untuk dibagikan. Oleh sebab itu future jurnalisme harus bisa multitasking.
Referensi tertulis :
As.Haris.Sumadiria, 2005. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature,
Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya
Bandung
Artikel perdebatan yang tidak bisa di hyperlink :
https://signalhfx.ca/the-job-of-the-juggling-journalist/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H