Mohon tunggu...
M Taufik
M Taufik Mohon Tunggu... Guru - Belajar Menulis

Saya baru belajar menulis dari hal-hal terkecil dalam kehidupan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Malam Bina Iman dan Taqwa

19 April 2023   21:33 Diperbarui: 19 April 2023   22:45 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

                 Pada bulan ramadhan ini hampir sebagian besar sekolah mengadakan kegiatan untuk peserta didiknya. Kegiatan tersebut lebih menekankan pada penguatan ibadah dan akhlaqul karimah. Kegiatan tersebut bertempat di sekolah masing-masing.

               Begitu juga dengan anakku yang masih duduk di TK, minggu kemarin mengikuti program malam bina iman dan taqwa yang diselenggarakan oleh sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 April 2023. Sebelum hari kamis tiba, anakku sudah merengek. Minta dibelikan berbagai macam barang dan perlengkapan yang akan dibawanya.

              "Pak, besuk aku dibelikan kasur ya," pintanya kepadaku. "Kasur apa Dik?" ucapku. "Kasur untuk menginap di sekolah Pak," tambahnya kepadaku. "Memang sekolah ada kegiatan apa Dik?" aku semakin bingung saja, pulang dari sekolah sudah minta dibelikan kasur. "Pokoknya menginap di sekolah Pak!" jelasnya dengan nada lebih tinggi lagi. "Ada suratnya tidak Dik?" tanyaku kepadanya. "Ini Pak suratnya, Bapak baca dulu ya," pintanya lagi.

              Setelah aku menyempatkan membaca surat dari sekolah tersebut, ternyata surat tersebut berisi tentang kegiatan malam bian iman dan taqwa yang diselenggarakan oleh sekolah. Peserta didik  diminta untuk menginap di sekolah selama satu malam saja. Orang tua juga diminta untuk menyiapkan semua peralatan yang akan dibawa saat kegiatan nanti. Kagiatan dimulai hari Jumat sore, tepatnya pukul 16.00 WIB dan selesai pada hari Sabtu pagi pukul 06.30 WIB.

             "Besuk ya Dik, hari Kamis Bapak belanjakan," ucapku kepadanya. "Kok Kamis Pak, sekarang Pak!" nada bicaranya semakin meninggi. "Sabar ya, Bapak masih kerja, bisanya Kamis," jelasku kepadanya lagi. "Kalau belanja Kamis, Bapak harus belikan jaket juga, sama jajanan banyak ya," pintanya kemudian. "Kok permintaannya semakin banyak Dik," ucapku kepadanya. Anakku hanya diam saja.

             Hari Kamis sudah tiba. Aku pulang dari sekolah sekitar pukul 14.15 WIB. Berdasarkan waktu kerja sampai pukul 14.00 WIB. Lima belas menit aku gunakan untuk perjalanan dari sekolah menuju rumah. Sisa waktu yang ada aku gunakan untuk menepati janjiku kepada anakku. Bahwa pada hari Kamis aku akan membelikan semua permintaannya.

             "Katanya mau belanja Dik, jadi tidak belanjanya," candaku kepadanya sembari aku memperlihatkan uang kepadanya. "Jadi Pak...jadi Pak," semangat sekali dia menjawab ajakanku untuk belanja. "Memang adik mau belanja apa saja?" aku mencoba merayunya. Dia hanya tersenyum sambil berpikir apa saja yang mau dibelinya.

            "Pak beli kasur, bantal, guling, jaket, peci, sarung dan jajanan Pak," pintanya. "Banyak sekali Dik yang mau dibeli,  kalau uangnya tidak cukup bagaimana dik?" jelasku kepadanya. "Uangnya Bapakkan banyak, cukuplah!" balasnya lagi. Senyum bahagia muncul dari bibirnya.

              "Ini Adik pilih yang mana kasurnya," ucapku kepadanya setelah sampai di toko. "Ini saja Pak yang warna merah," jawabnya dengan wajah penuh bahagia. "Bantal dan gulingnya warna apa Dik?" tanyaku lagi semabari aku memilihkan bahan yang bagus. "Warna merah semua saja Pak, biar sama," katanya. "Ya sudah kalau begitu, sekarang dibayar dulu ya," ucapku kepadanya sambil aku membawa barang yang ingin dibeli.

              "Sekarang mencari peci ya dik, sama sarungnya," ucapku kepadanya. "Pecinya yang ada tulisannya NU," pintanya kepadaku. "Yang polosan saja dik," jelasku kepadanya sambil aku mengambilkan yang tidak ada tulisannya. "Pokoknya yang ada tulisannya NU," kata dia lagi. "Kamukan sekolah di Nurul Islam, jadi kalau bisa pecinya yang biasa saja," tambahku lagi.

               "Dik, kamu tahu tidak, NU itu apa?" tanyaku kepadanya. "NU itu Nurul Islam Pak!" jawabnya. Aku tertawa geli mendengar jawaban dari anakku. "Ya sudah kamu beli itu saja, tetapi teman kamu tidak ada yang pakai sama milik kamu lho," jelasku kepadanya.

                "Kurang apanya Dik yang belum dibeli?" tanyaku kepadanya. "Jajanan Pak," kita beli di Ada Baru saja ya, biar cepat. Karena sebentar lagi sudah mau berbuka puasa." Pintaku kepadanya.

               Tidak lama kemudian aku sudah menemukan semua barang yang diinginkan oleh anakku. Dan sekarang saatnya untuk pulang. Aku melihat jam dinding toko sudah menunjukan pukul 17.30 WIB. Pertanda waktu berbuka puasa sebentar lagi tiba. Untuk persiapan berbuka puasa, aku mengajak anakku ke warung mie ayam terdekat.

               Hari Jumat sore, pukul 15.30 WIB, aku mengantar anakku ke sekolah tujuan. Karena kegiatan akan dimulai pada pukul 16.00 WIB. Sebelum berangkat. Semua barang dan peralatan yang dibutuhkan sudah aku kemas menjadi satu. Agar tidak ada yang tertinggal. Sebelum berangkat, aku memberikan pesan kepada dia.

             "Dik, nanti kalau saatnya berbuka puasa, kamu harus makan ya, karena kalau tidak makan kamu nanti malam lapar. Jangan lupa juga kalau mau tidur pipis dulu, biar tidak ngompol. Kalau mau tidur jangan lupa kamu nanti ganti pakaian tidur ya," pintaku kepadanya.

            "Kalau disekolah, kamu harus taat sama perintah guru, agar ilmu yang kamu dapat bermanfaat. Kalau kamu butuh sesuatu bilang sama guru. Karena Adik  di sekolah tidak bersama orang tua," jelasku kepadanya. "Ya Pak," jawabnya.

              Usai memberikan beberapa pesan, segera aku mengantarkan anakku ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, semua barang aku masukan ke ruangan yang disediakan panitia kegiatan. Jam tanganku sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Aku segera berpamitan dengan anakku untuk meninggalkannya.

               "Bapak pulang dulu ya, kamu jangan nangis selama di sekolah. Besuk pagi Bapak jemput jam 06.30 WIB," ucapku kepadanya. "Ya Pak," sembari aku menjabat tangan anakku. "Assalamualaikum," aku mengucapkan salam kepadanya. "Waalaikumsalam Pak," jawabnya.

               Malam tiba, di rumah terasa sepi. Biasanya selalu ada canda tawanya. Suara teriakannya tidak lagi terdengar di telingaku. Aku hanya bisa berdoa saja, semoga selama kegiatan, dia baik-baik saja. Bisa mengikuti kegiatan sampai selesai. Lebih dari itu, ilmu yang diperolehnya semoga bermanfaat.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun