Pada bulan ramadhan ini hampir sebagian besar sekolah mengadakan kegiatan untuk peserta didiknya. Kegiatan tersebut lebih menekankan pada penguatan ibadah dan akhlaqul karimah. Kegiatan tersebut bertempat di sekolah masing-masing.
        Begitu juga dengan anakku yang masih duduk di TK, minggu kemarin mengikuti program malam bina iman dan taqwa yang diselenggarakan oleh sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 April 2023. Sebelum hari kamis tiba, anakku sudah merengek. Minta dibelikan berbagai macam barang dan perlengkapan yang akan dibawanya.
       "Pak, besuk aku dibelikan kasur ya," pintanya kepadaku. "Kasur apa Dik?" ucapku. "Kasur untuk menginap di sekolah Pak," tambahnya kepadaku. "Memang sekolah ada kegiatan apa Dik?" aku semakin bingung saja, pulang dari sekolah sudah minta dibelikan kasur. "Pokoknya menginap di sekolah Pak!" jelasnya dengan nada lebih tinggi lagi. "Ada suratnya tidak Dik?" tanyaku kepadanya. "Ini Pak suratnya, Bapak baca dulu ya," pintanya lagi.
       Setelah aku menyempatkan membaca surat dari sekolah tersebut, ternyata surat tersebut berisi tentang kegiatan malam bian iman dan taqwa yang diselenggarakan oleh sekolah. Peserta didik  diminta untuk menginap di sekolah selama satu malam saja. Orang tua juga diminta untuk menyiapkan semua peralatan yang akan dibawa saat kegiatan nanti. Kagiatan dimulai hari Jumat sore, tepatnya pukul 16.00 WIB dan selesai pada hari Sabtu pagi pukul 06.30 WIB.
       "Besuk ya Dik, hari Kamis Bapak belanjakan," ucapku kepadanya. "Kok Kamis Pak, sekarang Pak!" nada bicaranya semakin meninggi. "Sabar ya, Bapak masih kerja, bisanya Kamis," jelasku kepadanya lagi. "Kalau belanja Kamis, Bapak harus belikan jaket juga, sama jajanan banyak ya," pintanya kemudian. "Kok permintaannya semakin banyak Dik," ucapku kepadanya. Anakku hanya diam saja.
       Hari Kamis sudah tiba. Aku pulang dari sekolah sekitar pukul 14.15 WIB. Berdasarkan waktu kerja sampai pukul 14.00 WIB. Lima belas menit aku gunakan untuk perjalanan dari sekolah menuju rumah. Sisa waktu yang ada aku gunakan untuk menepati janjiku kepada anakku. Bahwa pada hari Kamis aku akan membelikan semua permintaannya.
       "Katanya mau belanja Dik, jadi tidak belanjanya," candaku kepadanya sembari aku memperlihatkan uang kepadanya. "Jadi Pak...jadi Pak," semangat sekali dia menjawab ajakanku untuk belanja. "Memang adik mau belanja apa saja?" aku mencoba merayunya. Dia hanya tersenyum sambil berpikir apa saja yang mau dibelinya.
      "Pak beli kasur, bantal, guling, jaket, peci, sarung dan jajanan Pak," pintanya. "Banyak sekali Dik yang mau dibeli,  kalau uangnya tidak cukup bagaimana dik?" jelasku kepadanya. "Uangnya Bapakkan banyak, cukuplah!" balasnya lagi. Senyum bahagia muncul dari bibirnya.
       "Ini Adik pilih yang mana kasurnya," ucapku kepadanya setelah sampai di toko. "Ini saja Pak yang warna merah," jawabnya dengan wajah penuh bahagia. "Bantal dan gulingnya warna apa Dik?" tanyaku lagi semabari aku memilihkan bahan yang bagus. "Warna merah semua saja Pak, biar sama," katanya. "Ya sudah kalau begitu, sekarang dibayar dulu ya," ucapku kepadanya sambil aku membawa barang yang ingin dibeli.
       "Sekarang mencari peci ya dik, sama sarungnya," ucapku kepadanya. "Pecinya yang ada tulisannya NU," pintanya kepadaku. "Yang polosan saja dik," jelasku kepadanya sambil aku mengambilkan yang tidak ada tulisannya. "Pokoknya yang ada tulisannya NU," kata dia lagi. "Kamukan sekolah di Nurul Islam, jadi kalau bisa pecinya yang biasa saja," tambahku lagi.
        "Dik, kamu tahu tidak, NU itu apa?" tanyaku kepadanya. "NU itu Nurul Islam Pak!" jawabnya. Aku tertawa geli mendengar jawaban dari anakku. "Ya sudah kamu beli itu saja, tetapi teman kamu tidak ada yang pakai sama milik kamu lho," jelasku kepadanya.