Mohon tunggu...
FERRY GUNAWAN
FERRY GUNAWAN Mohon Tunggu... -

blogger di serumenyala.blogspot.com kontak: serumenyala@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Sentris: Sebuah Keniscayaan Pembangunan

1 Juli 2016   06:18 Diperbarui: 1 Juli 2016   07:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep Indonesia sentris sebagai marwah baru pembangunan merupakan tantangan tersendiri yang harus kita pandang dengan bijak. Pemikiran ini lahir dari keprihatinan melihat ketimpangan yang terjadi di pelbagai daerah di Indonesia. Alih-alih sebagai arena pembangunan terdepan, daerah tertinggal seringkali hanya menjadi ceruk ekonomi yang dieksploitasi dengan serakah. Masalah hambatan pembangunan (bottlenecking) yang masih sering terjadi di daerah dari awal kemerdekaan hingga kini masih berputar pada mahalnya biaya tak tampak pada pembangunan itu sendiri. Mentalitas business as usual masih menjadi kendala utama pembangunan itu sendiri. Para pemangku kepentingan sering kali menjadi permisif kepada para pemilik modal hingga melegalkan segala bentuk kecurangan yang terjadi selama hingga selesainya suatu proyek pembangunan yang ada.

Melalui Indonesia sentris, diharapkan tantangan ini akan menemukan solusinya. Keterlibatan generasi muda secara aktif akan mampu menjawab tantangan ini. Segala potensi sumber daya alam dan juga keragaman budaya yang ada seharusnya mampu dimanfaatkan dengan baik. Sudah saatnya daerah menjadi pusat dari segala bentuk inovasi lentas sektoral. Sudah selayaknya menjamur pusat-pusat riset dan pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia Timur. Pusat pendidikan lintas sektoral di daerah juga seharusnya menjadi fokus utama para pemangku kepentingan. Hal ini yang sekarang makin sering kita lihat dengan adanya program studi di luar domisili yang sedang gencar dilaksanakan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Pemerintah pusat juga tak harus segan untuk membuka keran investasi daerah tertinggal. Pembanguan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama. Selama ini infrastruktur menjadi ‘biaya’ tak terlihat dari mahalnya harga bahan pokok di daerah. Sedangkan bahan pokok merupakan sumber penghidupan utama masyarakat di daerah. Infrastruktur yang tidak memadai kian membuka rongga disparitas sosial, ekonomi, dan budaya antara pusat dan daerah.

Untuk menjawab pelbagai tantangan yang ada perlu dilakukan sinergi yang lebih kuat antara pemerintah daerah dengan perguruan tinggi yang ada di daerah. Perguruan tinggi sebagai salah satu inkubator ide-ide segar para generasi muda harus mampu menjawab tantangan ini. Program studi di luar domisili yang sedang gencar dilaksanakan harus mampu menghadirkan gagasan inovatif untuk pembangunan daerah tertinggal. Gagasan inovatif yang ada bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Namun, gagasan inovatif untuk pembangunan darah tertinggal harus mampu meningkatkan fungsi layanan kepada masyarakat. Hal ini telah disampaikan dengan lugas oleh Amartya Sen dalam bukunya Development as Freedom.Subsidi pendidikan dan kesehatan harus menjadi sasaran utama pembangunan ekonomi di daerah.

Dengan semakin terhubungnya pusat dan daerah, sudah seharusnya daerah tertinggal tidak lagi menjadi anak tiri pembanguanan. Kuantitas dan kualitas generasi muda yang memenuhi bonus demografi Indonesia kini harus mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Formula pembangunan Indonesia sentris yang melihat Indonesia sebagai satu kesatuan utuh harus dapat dilaksanakan dengan baik dan terstruktur. Pemerintah harus semakin gencar mengirimkan generasi muda untuk menetap di daerah. Dengan pembangunan infrastruktur pendukung, maka dengan sendirinya generasi muda akan berbondong-bondong untuk membangun daerahnya.

Namun, jika Indonesia sentris hanya menjadi kebijakan populis lainnya, hal ini akan menjadi kemunduran pembangunan Indonesia untuk kesekian kalinya. Jika pemerintah masih memandang Indonesia itu adalah Jawa, business as usual, maka Indonesia sentris hanya akan berakhir pada sloga dan semboyan yang tak berdampak (non impactful). Sinergi antara pemerintah dan generasi muda seharusnya mampu menjawab keniscayaan pembangunan ini. Sehingga pada akhirnya, kutipan senandung Wage Rudolf Supratman di atas dapat kita maknai secara menyeluruh. Bahwa Indonesia itu adalah satu kesatuan. Sambung menyambung menjadi satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun