Mohon tunggu...
FERRY GUNAWAN
FERRY GUNAWAN Mohon Tunggu... -

blogger di serumenyala.blogspot.com kontak: serumenyala@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Sentris: Sebuah Keniscayaan Pembangunan

1 Juli 2016   06:18 Diperbarui: 1 Juli 2016   07:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

“Dari barat sampai ke timur, berjajar pulau-pulau. Sambung-menyambung menjadi satu. Itulah Indonesia...”

Bertepatan dengan selebrasi Hari Pahlawan 2015, Presiden Indonesia Joko Widodo mengemukakan formula baru untuk memajukan pembangunan di Nusantara. Paradigma pembangunan yang selama ini berjalan, yang hanya terpusat pada satu region tertentu, terbukti tak mampu membuat Indonesia menjadi lebih baik. Indonesia sentris merupakan salah satu formula terbaru yang diyakini akan lebih mutakhir dalam menyelesaikan pelbagai permasalahan yang timbul akibata salah tata kelola pada pembangunan sebelumnya.

Indonesia sentris merupakan trobosan terbaru pembangunan yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan yang holistik dan menyeluruh. Antitesis ini lahir sebagai upaya untuk mendobrak paradigma pembangunan yang selama ini hanya memandang pulau Jawa sebagai episentrum pembangunan (Jawa-sentris).

Namun dalam praktiknya, apakah Indonesia sentris ini merupakan marwah baru pembangunan Indonesia yang hasilnya kita harapakan mampu membuat Bumi Pertiwi lebih sejahtera, atau hanya sekedar kebijakan populis para pemangku kepentingan?

Kontributif

Indonesia sebagai salah satu negara adidaya pada ranah regional Asia Tenggara menjadi salah satu tujuan primer kegiatan ekonomi regional. Indonesia yang berada pada persimpangan jalur perdagangan lintas sektor seharusnya mampu mengambil keuntungan ini. Pelbagai jenis kekayaan alam, keuntungan bonus demografi, dan keberagaman budaya sepertinya belum mampu membuat Indonesia lepas landas sebagai salah satu negara adidaya secara global.

Untuk dapat ‘berbicara’ lebih banyak pada ranah global, Indonesia tidak seharusnya hanya bergantung pada sumber daya alam, an sich. Kedigdayaan suatu negara tecermin secara lugas melalui kontribusi generasi mudanya. Dalam kasus Indonesia, kuantitas angkatan produktif Indonesia sebagai bentuk surplus bonus demografi seharusnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Kelas menengah yang mengisi bonus demografi Indonesia umumnya adalah para generasi muda pada rentang usia 20 hingga 35 tahun.

Pada ranah yang lebih strategis, konsep pembangunan Indonesia sentris akan berdampak pada kesejahteraan bersama jika angkatan kelas menengah menjadi motor penggeraknya. Kuantitas penduduk Indonesia yang berada pada usia produktif tidak akan berdampak pada kesejahteraan bersama jika terjadi tata kelola sumber daya manusia. Oleh sebab itu, melalaui marwah baru pembangunan Indonesia sentris diharapkan terjadi sinergi antara pusat dan daerah dalam hal pemanfaatan potensi daerah.

Ikut sertanya generasi muda pada model pembangunan Indonesia sentris akan mampu menjawab pelbagai keraguan yang selama ini terjadi pada generasi muda. Generasi muda masih sering dianggap sebagai pelengkap pembangunan, alih-alih sebagai aktor utama. Dengan model pembangunan Indonesia sentris, generasi muda akan semakin kontributif. Pertama infrastruktur. Pembangunan infrastruktur, terutama di daerah sering menjadi kendala terbesar dalam melakukan pembangunan di daerah terpencil di Indonesia. Jalan, jembatan serta akses menuju daerah tertinggal masih menjadi anak tiri pembangunan. Sehingga tak pelak, generasi muda yang sebenarnya gemar untuk berpeluh membangun daerahnya harus dihadapkan dengan kenyataan hidup yang sulit tersebut.

Pada ranah ini, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah harus lebih kuat. Akses menuju daerah tertinggal harus dibuka seluasnya. Di sinilah pentingnya terjalin hubungan antara daerah, sektor privat, dan sektor industri. Melalui Indonesia sentris diharapkan tercipta pusat-pusat pembangunan di daerah tertinggal. Setiap daerah tertinggal akan mampu mandiri dengan sinergi antara pemerintah daerah, sektor privat, dan industri dalam hal pemanfaatan potensi daerahnya.

Tantangan

Konsep Indonesia sentris sebagai marwah baru pembangunan merupakan tantangan tersendiri yang harus kita pandang dengan bijak. Pemikiran ini lahir dari keprihatinan melihat ketimpangan yang terjadi di pelbagai daerah di Indonesia. Alih-alih sebagai arena pembangunan terdepan, daerah tertinggal seringkali hanya menjadi ceruk ekonomi yang dieksploitasi dengan serakah. Masalah hambatan pembangunan (bottlenecking) yang masih sering terjadi di daerah dari awal kemerdekaan hingga kini masih berputar pada mahalnya biaya tak tampak pada pembangunan itu sendiri. Mentalitas business as usual masih menjadi kendala utama pembangunan itu sendiri. Para pemangku kepentingan sering kali menjadi permisif kepada para pemilik modal hingga melegalkan segala bentuk kecurangan yang terjadi selama hingga selesainya suatu proyek pembangunan yang ada.

Melalui Indonesia sentris, diharapkan tantangan ini akan menemukan solusinya. Keterlibatan generasi muda secara aktif akan mampu menjawab tantangan ini. Segala potensi sumber daya alam dan juga keragaman budaya yang ada seharusnya mampu dimanfaatkan dengan baik. Sudah saatnya daerah menjadi pusat dari segala bentuk inovasi lentas sektoral. Sudah selayaknya menjamur pusat-pusat riset dan pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia Timur. Pusat pendidikan lintas sektoral di daerah juga seharusnya menjadi fokus utama para pemangku kepentingan. Hal ini yang sekarang makin sering kita lihat dengan adanya program studi di luar domisili yang sedang gencar dilaksanakan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Pemerintah pusat juga tak harus segan untuk membuka keran investasi daerah tertinggal. Pembanguan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama. Selama ini infrastruktur menjadi ‘biaya’ tak terlihat dari mahalnya harga bahan pokok di daerah. Sedangkan bahan pokok merupakan sumber penghidupan utama masyarakat di daerah. Infrastruktur yang tidak memadai kian membuka rongga disparitas sosial, ekonomi, dan budaya antara pusat dan daerah.

Untuk menjawab pelbagai tantangan yang ada perlu dilakukan sinergi yang lebih kuat antara pemerintah daerah dengan perguruan tinggi yang ada di daerah. Perguruan tinggi sebagai salah satu inkubator ide-ide segar para generasi muda harus mampu menjawab tantangan ini. Program studi di luar domisili yang sedang gencar dilaksanakan harus mampu menghadirkan gagasan inovatif untuk pembangunan daerah tertinggal. Gagasan inovatif yang ada bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Namun, gagasan inovatif untuk pembangunan darah tertinggal harus mampu meningkatkan fungsi layanan kepada masyarakat. Hal ini telah disampaikan dengan lugas oleh Amartya Sen dalam bukunya Development as Freedom.Subsidi pendidikan dan kesehatan harus menjadi sasaran utama pembangunan ekonomi di daerah.

Dengan semakin terhubungnya pusat dan daerah, sudah seharusnya daerah tertinggal tidak lagi menjadi anak tiri pembanguanan. Kuantitas dan kualitas generasi muda yang memenuhi bonus demografi Indonesia kini harus mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Formula pembangunan Indonesia sentris yang melihat Indonesia sebagai satu kesatuan utuh harus dapat dilaksanakan dengan baik dan terstruktur. Pemerintah harus semakin gencar mengirimkan generasi muda untuk menetap di daerah. Dengan pembangunan infrastruktur pendukung, maka dengan sendirinya generasi muda akan berbondong-bondong untuk membangun daerahnya.

Namun, jika Indonesia sentris hanya menjadi kebijakan populis lainnya, hal ini akan menjadi kemunduran pembangunan Indonesia untuk kesekian kalinya. Jika pemerintah masih memandang Indonesia itu adalah Jawa, business as usual, maka Indonesia sentris hanya akan berakhir pada sloga dan semboyan yang tak berdampak (non impactful). Sinergi antara pemerintah dan generasi muda seharusnya mampu menjawab keniscayaan pembangunan ini. Sehingga pada akhirnya, kutipan senandung Wage Rudolf Supratman di atas dapat kita maknai secara menyeluruh. Bahwa Indonesia itu adalah satu kesatuan. Sambung menyambung menjadi satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun