Barulah suara histeris terdengar, “ Kecoanya kabur…kecoanya kabur! “ Beberapa anak sibuk mengamati kecoa yang dengan cepat melintas. Takut kecoa itu kabur. Beberapa lagi histeris, ini yang perempuan. Beberapa lagi mengambilnya, Ammar ada di lini terdepan. Dengan hati-hati ia mengambil antena panjang kecoa namun gagal. Lalu suara histeris keluar lagi. Mencoba ditangkap dan gagal lagi, suara histeris akan keluar lagi. Sang kecoa berjalan cepat ke arah genting. Anak-anak hanya bengong karena tidak mampu menjangkau ke arah genting. Aku bangkit, kebetulan antrian qiroati telah usai. Lalu aku bertanya di mana kecoa itu, anak-anak memberitahu kalau kecoa itu bersembunyi di balik kayu. Setelah kulihat, cepat kuambil kecoa itu. Anak-anak bersorak dengan riang. Lalu kecoa itu ditempatkan kembali di tempat pensil meja lipat Ghean. Disandingkan dengan anak semata wayangnya.
Besoknya, anak-anak akan melihat kecoa itu lagi. ‘Bermain’ padanya. Sesudah itu dimasukkan kembali di wadah pensil meja lipat Ghean. Dari situlah pembelajarn timbul. Seperti apa kecoa itu? Kenapa kecoa tergolong binatang menjijikkan? Ternyata kecoa memiliki keluarga juga. Kecoa juga perlu istirahat. Dan setelah memegang kecoa dipersilahkan untuk cuci tangan. Coba saat Ghean melihat histeris kecoa, kita datang dan membunuh langsung si kecoa. Apa yang terjadi selain sang kecoa mati? Pembelajaran yang seru juga akan mati!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H