Mohon tunggu...
Maysaroh Syafaatin
Maysaroh Syafaatin Mohon Tunggu... -

"Kemenangan Islam dibangun diatas tinta para ulama dan darah para syuhada"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takdir yang Mempertemukan Kita

1 Mei 2014   06:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun aku tetap tak bergeming. Kaki ini terasa begitu berat untuk kulangkahkan. Apalagi memikirkan aku harus pulang. Haahhh, terpikirkan betapa membosankan sekali dirumah. Aku masih ingin disini, jeritku dalam hati. Tapi benar kata senja, sebentar lagi malam akan tiba. Dan itu menakutkan. Rumor beredar bahwa malam sangatlah misterius. Ia hanya membawa kegelapan, dan menelan semua cahaya yang dijimpainya. Ohh tidak, aku benar-benar tak ingin berjumpa dengannya.

Senja terus memaksaku untuk segera pulang. Yaa, ia tak mau meninggalkanku sendiri.

"Aku khawatir denganmu" katanya. "Bagaimana jika  kamu bertemu dengan malam nanti" lanjutnya.

Walau ia sendiri pun enggan jika harus bertemu malam, tapi ia lebih tak tega jika aku harus sendirian saat berpapasan dengan sang malam.

Hari ini pun akhirnya berakhir. Matahari benar-benar telah meninggalkan singgasananya. Bintang-bintang kecil mulai terlihat bermunculan dan menyanyi dengan kerlipan-kerlipan manjanya. Aku terpaku. Beginikah suasana malam itu? pikirku. Benar-benar menabjubkan. Pemandangan baru ini membuat kakiku benar-benar seolah terpasung dan tak ingin beranjak pergi barang satu sentipun. Aku terbius. Terbius oleh rayuan para bintang dan bulan yang mulai menampakkan seringai-seringai lucunya dibalik cakrawala.

Senja mulai gusar. Berkali-kali ia menarik-narik lenganku dan mengajakku pulang. Namun entah mengapa, hari ini aku benar-benar ingin menikmati hari lebih banyak dari biasanya. Tak sedikitpun lelah kurasakan. Malah semangat ini terasa begitu menggebu dari biasanya. Ini seolah sebuah tantangan baru. Yaa, ada pengalaman baru yang menjanjikan ketegangan yang penuh kejutan diujung sana. Jiwa petualangku tergelitik. Ahhhh,, aku benar-benar penasaran habis dibuatnya.

"Ehhemmmm..."

Tiba-tiba kami mendengar suara seseorang berdehem. Ohh tidak. Samar-samar kami melihat sesosok makhluk berjalan perlahan dan mendekat. Bayangan itu begitu besar, tinggi dan hitam. Wajah senja memucat. Suasana langsung berubah menjadi sunyi. Kicauan bintang-bintang dan nyanyian sag rembulan itu kini tak lagi terdengar. Perlahan tapi pasti, bayangan itu mulai dapat menggapai kami. Ohh Tuhan, nyaliku menciut. Kaki ini bertambah kaku dan tak mampu bergerak. Kulihat senja sudah hampir pingsan dan tak sanggup bernafas.

Kyaaaa... Aku tak tahan..!!. "Siapa kamu???" teriakku spontan berdiri. Dengan nafas ngos-ngosan kutatap sosok itu dengan pandangan yang kubuat setajam-tajamnya.

Perlahan wajah itu mulai muncul dari balik kegelapan. Sebuah senyum terlukis manis dari wajah tegasnya. Seringaian ramah tersungging lembut dari bibirnya. Matanya memancarkan ketegasan namun teduh dan menenangkan.

Aku terpaku. Memandang takjub dan tak bergeming bagai patung kayu. Benar-benar kejutan yang sangat tak disangka-sangka. Ohh tidaak.. siapa pria tampan iniii?? jerit batinku meronta-ronta ingin segera bertanya dan mendapat jawabannya. Namun tubuhku kaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun