Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki di Kubangan Lara

28 Oktober 2016   12:45 Diperbarui: 28 Oktober 2016   13:00 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: morning meditation/ quotespics.net

Tiga bulan telah berlalu atas peristiwa naas itu. Tubuhku terhempas di tepian jalan. Terpelanting jatuh bergulung – gulung pada ruas trotoar. Balapan motor liar itu telah merenggut segala harapanku. Harapan sebagai seorang lelaki yang tangguh. Namun bukan itu yang menjadi kedukaanku yang sangat fatal.

Sebulan terbaring kaku, di usapi tangan tangan – tangan lentik dan halus para perawat cantik. Aku tergolek dengan sesuatu yang tidak sewajaranya. Seharusnya kelaki-lakianku melonjak dengan segala getaran kalbu.

“Phuuuuuaaahhh,,,,,, jangan matikan rasa ini!”

Sesunggukan aku mengenang aroma Posh. Body spray yang keluar dari ketiak perawat Nindy yang membalutkan aku dengan ramuan medis dan memferban bagian selangkanganku yang membuat aku harus berayun dengan tongkat sakti sebagai pengendali jalanku.

Sofie, pacarku hanya menatap dingin dari kejauhan pintu kamar rumah sakit. Seakan cemburu melihat para perawat secara bergilir dan telaten membolak – balikan tubuhku di atas ranjang. Selebihnya itu dua bulan kemudian Sofie tak kunjung jua datang.

“Jon,,, engkau tidak tahu. Sofie sekarang telah mendua hatinya. Dia telah kepergok sedang jalan berduaan dengan Fandy,,,,,.....!”

“Cukup, Edo! Keluar dari kamarku ini!....

Sungguh aku tak berdaya. Degub jantungku berlomba mengejar isak dan ratapku. Aku benar – benar berada di tengah kubangan lara. Mereka, orang – orang yang aku cintai, sebenarnya tidak mengetahui apa yang terjadi pada diriku ini. Mereka hanya mengetahui aku telah sembuh dari kecelakaan itu. Mungkin tinggal pemulihan saja. Dan berharap aku akan kembali ke pentas malam durhaka sebagai penjagal raungan mesin motor yang memecahkan gendang telinga.

Tetapi alangkah terkejutnya aku. Kemarin aku yang garang dengan  segala kejantananku  berlomba di atas balapan motor liar, kini menjadi orang yang tak berdaya sama sekali. Semua orang begitu peduli denganku. Namun mereka semua tidak tahu sejatinya diriku ini.

Bisikan itu. Sebuah bisikan maut dari dokter Sumiati yang menanganiku. Suara perempuan setengah baya itu sebagai tenaga medis handal, yang  menyerupai  bisikan suara setan. Suaranya masih terngiang – ngiang sampai detik ini.

“Joni, engkau tak bisa berbuat apa – apa lagi. Aku telah berusaha namun semuanya kembali padamu.!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun