terpaannya menggilir  hingga ke jantung awang
sedangkan di langit pula haru  berdeham
di rimba,
seperti tumpukan  kabut berbagai reka bentuk
lengkap dengan berjenis  lembar- lembar partitur
yang tak pernah ada bila kita tak mencangkirkan purnama
mencerup dengan selaksa dahaga, seteguk  telaga
jangan ada lagi yang mengnistakan rimba ini
sebesar dosa yang telah lapuk berlalu kini
semesta ini  adalah pernaungan siang untuk malam
yang menibakan esok untuk hari yang selalu remah