Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daun di Atas Batu

15 Mei 2016   22:11 Diperbarui: 16 Mei 2016   00:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pada sepotong ranting yang  tengah terpukul arus  dari pinggiran tebing yang curam, masuk ke dalam pusaran buih – buih gelombang , hanyut terbawa ke tengah laut. Ranting itu sebenarnya  telah lenyap. Sebab terlalu deras  hantaman ombak yang tiga kali berturut – turut hingga tersedot ke dasar tebing curam  yang dihuni beribu – ribu, atau mungkin berjuta – juta ikan. Dari yang ukuran kecil hingga seperti ikan getegete* sampai ke ukuran yang besar yaitu ikan Gorango**.

 Namun ada  bibir merah seperti ukuran ikan Kerapu, ya mungkin itu Kerapu sebab Kerapu lebih suka hidup bersama batu – batu yang menjadi tempat peristrahatannya ; Kerapu itulah yang mengapit sepotong kayu itu dengan kedua belahan bibirnya sehingga sepotong ranting itu tidak membentur karang – karang yang runcing seruncing gigi – gigi Kerapu. Lalu mengapa sepotong ranting itu bisa berada di tengah lautan luas ?  Karena ikan Kerapu itu melepaskan menjauh dari dinding tebing dan bebatuan karang terjal. Ah, itu hanya kejadian yang secara kebetulan saja. Sebab sang Kerapu itu bukan menyelamatkan sepotong ranting, mungkin dia sedang bermain- main di tengah arus dan ombak. Karena ikan itu dan semua ikan tak mempunyai otak.

Sepotong ranting terombang – ambing di tengah lautan dalam kenestapaan. Tanpa sehelai  daun pun. Bila hidup didera, hingga air mata berderai  dan selaksa gemuruh hujan dan angin terus menderau tanpa akhir untuk bersenda gurau.

“Oneng, hendak kemana kamu. Kelihatannya kamu mau pergi jauh!”

“Saya mau mencoba keluar dari kemelut ini ; terima kasih atas pedulimu, Topu sahabatku!”

“Semoga kamu tegar dalam menjalani semua ini, aku sebagai sahabatmu hanya mendoakan saja”.

“Lalu di mana sekarang Sella!” Lanjut Topu

“Sehabis kita bertengkar kemarin, sampai hari ini aku tak melihat dia lagi, mungkin di rumahnya kali”

“ Sella orangnya terlalu keras. Kamu berdua masih masa pacaran,  tapi koq,,uda sering bertengkar, aku tidak habis pikir, Oneng!”

“Ya itulah yang menjadi pertimbanganku nanti, Topu. Sebab masa pacaran, itu kan saling belajar antara dua hati. Apakah dimasa depan nanti akan bahagia ataukah sebuah kehancuran yang kita terima. Dan aku, terus terang tidak mau hal itu terjadi !”

“ Sebenarnya sih, Sella harus menyadari bahwa perempuan itu bawaannya lembut. Beda sama kita laki . Iya kan Oneng!”

“ Seharusnya seperti demikianlah. Topu!”

“ Apa kamu tidak berani mengatakan hubungan kita putuskan saja,,biar kamu,,,,” Topu sahabat Oneng mencoba mencari jalan keluar.

“Tidak bisa rasanya, Topu,,,Aku sudah terlanjur mencintainya. Oleh sebab itu aku mencoba menghapus bayangan cinta itu dibenaku!”

“Aku prihatin dengan hubungan kalian, semoga kamu bisa melewati, ya Oneng!”

Dengan kekalutan yang membenak, tanpa pegangan yang tergenggam. Oneng melangkah pergi. Menjauh dari sebuah cinta yang tak bisa diraih dengan satu petikan saja. Serupa memetik setangkai kembang yang harum. Untuk didekap dengan pelukan dan kehangatan.  Rumput – rumput ikut bergoyang  mengiringi derap langkah yang tak pernah terjejak. Hanya satu tujuan, menghapuskan cinta yang terdalam dan teramat jauh yakni dilubuk hati.

Bagai sehelai daun tanpa ranting berada di atas batu. Batu yang keras dan tajam. Yang kapan saja meremukan segala apapun.Bila terbentur, sakitnya tak cukup hanya dengan meringis, untuk menghilangkan perih  yang membilur.

                                                            ******

Tiga hari setelah kepergian Oneng. Senja itu, sehabis mengantarkan kiriman kepada pamannya Sella mampir sebentar di rumah Topu. Topu yang saat itu duduk sambil mempersiapkan peralatan untuk melaut pada malam hari. Bersama istrinya yang sedang menyusui bayi mereka. Mereka keluarga muda namun cukup bahagia.

Sella yang akrab dengan Topu karena mereka sesama teman sebelum menikah. Begitu pula istri Topu, Deha yang  masih kerabat dekat dengan Sella.

“Topu, mau melaut!?”

“Eh tumben,,koq baru kelihatan kamu lla,,iya biasalah pekerjaan rutin” Topu menjawab

“Bersama siapa kamu melaut”

“ Sendiri aja, lla…”

“ Biasanya berdua sama Oneng!” lanjut Sella

“ Emang kamu  tidak tahu!, Oneng sudah tidak ada di kampung ini!” pungkas Topu.

Biar Sella mengetahui ada apa dengan Oneng yang menjadi pacarnya Sella selama dua tahun. Kepada Sella pacarnya, harus dikabarkan.

“Tidak. Ada apa dengan Oneng!” Tanya Sella

“Sehari setelah kalian berdua bertengkar, Oneng telah pergi. Kemana tujuannya aku tidak tahu, dia kecewa dengan sikapmu lla!” Topu menjelaskan

“Tapi, tapi kan kita biasa bertengkar. Hal – hal kecil koq!” sambung Sella.

“Menurut kamu biasa, lla. Tapi Oneng tidak. Dengan yang kecil – kecil bisa menjadi besar. Dengan sering – sering juga bisa menumpuk menjadi bukit! Mencoba Topu mengurai

“ Jadi,  jadi,,Oneng sudah pergi? Koq dia pergi tanpa sepengetahuanku,,,”

Mata Sella mulai berkaca – kaca.

“ Sella, kamu itu perempuan. Seharusnya sikap kamu seperti sekarang ini dengan menangis, kamu tunjukin di depan Oneng. Bukan setelah Ongen tidak ada, baru kamu menangis. Aku dan kita semua teman, hanya prihatin saja sama kamu berdua!”

“Oneng itu kan orang lembut. Tutur kata saja bersahaja dan tanpa amarah. Malahan sebaliknya kamu, lla;  Keras tak mau mengalah! Ongen itu ibarat setangkai daun,,,,

Iya, lla. Kasihan Oneng. Kamu koq tidak mengerti dia,, kamu lla jangan keras seperti batu!” Deha istri Topu memotong perkataan Topu suaminya.

“ Sella, maafin ya ,, kita berdua. Kita cuma prihatin saja dengan hubungan kalian,,,dan kita lebih kasihan sama Oneng. Orangnya rajin, jujur dan bertanggung jawab! Lanjut Deha

Sella yang masih terisak – isak di tempat duduknya, hanya diam seribu bahasa. Dia menyadari memang sering  berdua Oneng saling bertengkar. Dalam hatinya membenarkan ucapan Topu dan istrinya, Deha.  Sella baru terkesiap dengan perginya Oneng. Sepertinya suatu pembelajaran tentang hati yang sepi. Sella baru menyadari bahwa dia dilanda rindu setelah Oneng telah pergi. Ingin dia mengejar tapi tidak tahu Oneng berada dimana. Rindunya telah bergelayut setelah egonya terpasung diantara jejak – jejak yang telah tiada. Sepi itu membuncah ke lorong – lorong hati yang tak pernah dijamah. Setiap malam terkenang dan terbayang dalam mimpi ketika tidur pulasnya  hanya sejenak.

                                                *******

Oneng telah melewati beberapa gulungan ombakan. Dia kini berdiri di puncak yang tebingnya sehabis runtuh.Walaupun dengan tertatih untuk melangkah namun penuh niat yang tulus mengikuti  hilir air untuk menibakan sebuah kepastian agar bilur – bilur itu terbasuh tak membekas. Namun rasanya sulit untuk menyatukan serpihan yang telah retak. Luka yang telah sembuh akan terkoyak lagi bila serpihan itu tak lagi rekat. Oneng pun melangkah,,dan semakin melangkah. Dan suatu ketika Oneng berdiam disebuah  kota kecil. Dan memang kota kecil ini merupakan tujuan Oneng, jauh dan sangat jauh dari kampong halamannya.

Tak lama Oneng untuk menyesuaikan lingkungan yang baru itu. Sebab ada sepupunya Demas, yang selalu menemaninya. Sepupunya ini yang mengajak bekerja disebuah bengkel motor. Suatu dunia yang baru bagi Oneng yang telah terbiasa dengan segala kehidupan nelayan. Tapi dia mencoba, karena manusia untuk menyambung hidup selayaknya harus bekerja. Pikir Oneng.

Akhirnya Oneng pun bisa untuk membongkar pasang sebuah mesin. Sebuah pekerjaan yang sangat sulit,  bila kita  ditekuni dengan sebaiknya tentu akan membuahkan hasil yang terbaik pula.

Tiga bula berlalu. Oneng tidak menyadari, ada sentuhan halus selama dia dan sepupunya Demas bekerja di bengkel itu. Ada yang memperhatikan bahkan sekali – kali memberikan minuman mineral jika sewaktu jam istrahat, walaupun minuman itu dibayar setelah gajian nanti. Lisna anak gadis dari bos mereka. Hanya  Demas yang mengerti kedalaman hati Lisna terhadap Oneng. Dia pun hanya tersenyum dibelakang.

Hingga suatu hari, tepatnya hari Minggu. Oneng dan Demas sedang berlibur, sebab bengkel tempat bekerja mereka pada tutup.

Senja disebuah pantai pasir hitam. Tempat itu merupakan tempat rekreasi, yang ramai dikunjungi orang. Baik dari luar kota maupun mereka yang tinggal tak jauh dari lokasi pantai itu. Oneng bersama Demas menikmati indahnya panorama alam.Yang menyatu bersama angin yang bertiup dari laut. Terasa dingin menyejukan.

“Oneng. Kita duduk di bawah pohon itu aja.!”

“Iya. Sekalian melihat deburan ombak,  juga bisa memantau orang – orang berlalu lalang!”

“Sudah l;ama pantai ini dikunjungi oleh para warga luar kota. Pasir hitam ini yang menjadi daya tarik mereka, tapi sayang daerah yang indah ini belum dikembangkan oleh Pemerintah setempat. “.

“Benar, Demas. Buktinya bisa lihat tuu,,  Sampah – sampah berserakan. Jika pemerintah bisa mengolah dan mengembangkan daerah ini, kota kecil ini pasti akan maju!”

Jedah sesaat. Mata Demas memandang sesuatu tanpa dipikirkannya. Lalu; “Oneng. Selama kamu bekerja di bengkel, kamu terasa ada sesuatu hal pada diri kamu!?”

“Apa itu mas!, Tanya Oneng.

“Sebagai lelaki normal, kamu merasa ada sesuatu sangat lembut yang seakan – akan peduli pada kamu!”

“Ah, jangan ngawur kamu Demas!”

“Tidak Oneng. Jika itu benar kamu harus tanggapi itu, jangan biarkan dia sedih dengan ketidaktahuan kamu!”

“Memangnya apa sih , Demas!”  Oneng sangat penasaran

“Lisna anak gadis bos kita. Kayaknya dia sangat suka padamu karena dia sangat peduli padamu!”

“Ah, itu biasa mas,..lagian dia kan anak bos. Wajar jika dia memperhatikan setiap pekerjaan kita sebagai karyawan mereka!”

“Salah kamu Oneng, jangan melihat dari sisi pekerjaan. Tapi kamu lihat dari niat yang tulus, dengan sebuah pandangan yang lembut terhadap kamu; Kamu lihat sana. Seorang gadis dengan rambut tergerai tertiup angin sambil duduk di atas motor!” Sambil menunjuk kearah yang cukup jauh dari mereka berdua.

“Siapa dia, Demas!”

“Dia orang yang memberikan sentuhan lembut selama ini kepadamu , Oneng. Saatnya kamu dekati dia. Lisna anak bos. Dan ucapkan kata cintamu, Ayo Oneng!”

Perlahan – lahan, kaki Oneng melangkah dari sisi kanan Lisna. Perlahan tapi tidak mengendap – endap.Apakah benar Lisna selalu memberikan sentuhan lembut kepadanya selama ini. Batinnya bertanya. Mungkin dia terbiasa dengan sentuhan yang keras serupa batu. Sentuhan lembut itu tak pernah terasa. Nyaris terlupakan. Ah.. Mencoba menelisik ke dalam rimba Lisna. Mungkin ini sebuah jawaban untuk menghapuskan cinta yang membatu selama ini. Tak banyak yang diungkapkan. Sebab jawaban untuk sebuah kelembutan hanyalah kelembutan juga. Sentuhan lembut itu terasa hingga ke pori-pori Oneng. Disebuah pohon Gaharu yang tak jauh dari Oneng dan Lisna mengobrol, sang Gagak sedang mematuk – matuk ranting dengan paruhnya yang keras. Lalu terbang ke angkasa mengapit sebatang ranting tanpa sehelai daun. Sang Gagak hitam sedang membuat sarangnya.

**********               

@rskp, 08052016, Jakarta

Getegete* = Ikan kecil berwarna merah yang suka berkelompok di karang- karang

Gorango)**  = Ikan Hiu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun