“ Sebenarnya sih, Sella harus menyadari bahwa perempuan itu bawaannya lembut. Beda sama kita laki . Iya kan Oneng!”
“ Seharusnya seperti demikianlah. Topu!”
“ Apa kamu tidak berani mengatakan hubungan kita putuskan saja,,biar kamu,,,,” Topu sahabat Oneng mencoba mencari jalan keluar.
“Tidak bisa rasanya, Topu,,,Aku sudah terlanjur mencintainya. Oleh sebab itu aku mencoba menghapus bayangan cinta itu dibenaku!”
“Aku prihatin dengan hubungan kalian, semoga kamu bisa melewati, ya Oneng!”
Dengan kekalutan yang membenak, tanpa pegangan yang tergenggam. Oneng melangkah pergi. Menjauh dari sebuah cinta yang tak bisa diraih dengan satu petikan saja. Serupa memetik setangkai kembang yang harum. Untuk didekap dengan pelukan dan kehangatan. Rumput – rumput ikut bergoyang mengiringi derap langkah yang tak pernah terjejak. Hanya satu tujuan, menghapuskan cinta yang terdalam dan teramat jauh yakni dilubuk hati.
Bagai sehelai daun tanpa ranting berada di atas batu. Batu yang keras dan tajam. Yang kapan saja meremukan segala apapun.Bila terbentur, sakitnya tak cukup hanya dengan meringis, untuk menghilangkan perih yang membilur.
******
Tiga hari setelah kepergian Oneng. Senja itu, sehabis mengantarkan kiriman kepada pamannya Sella mampir sebentar di rumah Topu. Topu yang saat itu duduk sambil mempersiapkan peralatan untuk melaut pada malam hari. Bersama istrinya yang sedang menyusui bayi mereka. Mereka keluarga muda namun cukup bahagia.
Sella yang akrab dengan Topu karena mereka sesama teman sebelum menikah. Begitu pula istri Topu, Deha yang masih kerabat dekat dengan Sella.
“Topu, mau melaut!?”