Kemarin itu purba menyibak revolusi
Angkara dan angkasa terbang sehati
Lalu bertengger di pucuk –pucuk mati
Dan gugur tanpa hela napas lagi
Â
Kemarin itu silam tersulam murka
Di sumur tua, suburkan tanah petala
Oleh amuk wajah-wajah petaka
Berselempang resimen legiun raka
Â
Kemarin yang murtad adalah tangisan
Air mata telah meleleh dikelopak  kenangan
Ketika amanat berziarah dibatu-batu nisan
Yang tanpa kata hanya amarah berpelukan
Â
Kemarin jangan datang lagi menggonggong
Dari setiap prahara yang kerap merongrong
Mata hati kita tak pernah basi, dari suara yang melolong
Tragedi  revolusi telah usai, keringat kita sudah mengonggok
 ******
Â
@rskp, 30092015,,,,, Â Â Â Â Â Â Â
Jakarta
( Mengenang dan membayangkan Peristiwa 30 September )
Â
[caption caption="kaskus.co.id"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H