Ku hirup riak gelombang, menunggu titis sang gerimis
Untuk meniti cinta di kelopak embun, walau
Sejenak menawarkan dahaga kian berkekompangan
Â
Waktu terus melesap, serupa anak panah sang dewi kinasih
Menghujam perut langit, ranting – rangtingpun patah gemeretak
Tetapi aku masih berdiri di bawah pohon gaharu tua
Menunggu sebuyung embun menetes , satu kian satu:
Â
@rskp, 20092015,,,,    Jakarta
Â