Oleh : Serly Indri FikrianiÂ
- (Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Pada saat ini, di Indonesia dan dunia sedang dihadapkan dengan kondisi yang terbilang mengancam keselamatan bangsa. Masalah pandemi yang belum juga usai sudah menghadirkan permasalahan baru yang ada di dalamnya seperti krisis ekonomi, sampai adanya ketidakseimbangan sosial dalam masyarakat. Presentasi penderita dan korban jiwa virus corona terus mengalami penaikan. Ini terbukti bahwa permasalahan virus pandemi bukan konflik yang bisa diremehkan.
Bagi masyarakat secara umum, dengan adanya pandemi virus corona ini terdapat dampak spesifik yang dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan, Â terlihat jelas pada aspek ekonomi dimana terdapat banyak penurunan dalam kegiatan perekonomian sehingga memunculkan penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Belum lagi dalam aspek lain yang jelas mempengaruhi dari segi interaksi, kepentingan individu maupun kegiatan produktivitas di dalamnya.
Dampak pandemi virus corona ini juga dirasakan di kalangan peserta didik dalam tingkatan siswa sampai mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Dengan adanya virus ini membuat banyak perubahan dalam sistem pembelajaran. Bisa dilihat dari interaksi yang dilakukan dimana yang tadinya melalui tatap muka langsung atau datang ke sekolah atau kampus, namun sekarang interaksi yang dilakukanpun hanya dengan berbagai media media yang bisa menunjang dalam proses pembelajaran.
Berbagai cara atau metode yang digunakan dalam sistem pembelajaran itulah yang menjadi sebuah perbincangan. Pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengurangi penyebaran virus corona, salah satunya dengan adanya aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dari aturan yang sudah dikeluarkan pemerintah maka kegiatan pembelajaran tidak bisa dilakukan secara tatap muka langsung. Dalam hal ini kita sudah mengenal sebutan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang mempunyai konsep pembelajaran dengan tidak melakukan interaksi langsung atau biasa kita sebut sebagai belajar dirumah. Dengan adanya PJJ ini membuat pendidik maupun peserta didik harus mencari dan menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat agar bisa tetap efektif dan menyelesaikan setiap materi yang ada.
PJJ yang dibuat memiliki tujuan agar peserta didik memiliki keamanan dalam pembelajaran di tengah pandemi virus corona ini, pertemuan dikelas digantikan dengan aplikasi penunjang PJJ yang dapat diakses dalam berbagai fitur yang berbeda seperti aplikasi berbasis grupchat yaitu whatsapp atau line, menggunakan google classroom bahkan sampai aplikasi zoom dan lainnya. Masing masing media penunjang memiliki sisi positif dan negatifnya.
Media pembelajaran berbasis grupchat memang banyak menjadi pilihan karena semua bisa mengakses dengan mudah dan kita gunakan setiap harinya dalam berinteraksi. Namun apakah dengan kemudahan itu bisa membuat pembelajaran berjalan efektif? Sebagai generasi masa kini, kebanyakan sibuk dengan kepentingannya masing-masing, tidak hanya pembelajaran yang dipentingkan, terlebih lagi dengan menggunakan media grupchat dimana sumber kesibukan terdapat dalam aplikasi obrolan seperti whatsapp misalnya. Kita mengakses aplikasi Whatsapp setiap harinya untuk berkomunikasi dengan orang lain, namun jika diselingi dengan adanya PJJ mana yang akan lebih dipentingkan? Proses pembelajaran? atau sibuk dengan kepentingannya masing masing dan hanya sesekali membuka materi? atau bahkan tidak menyimak pembelajaran sama sekali?. Hal tersebut mungkin menjadi perhatian penting bagi tenaga pendidik, tetapi memiliki berbagai keterbatasan dalam hal pengawasannya.  Namun dalam berbagai hal, aplikasi berbasis grupchat merupakan sebuah pilihan yang tepat karena kemudahan kemudahan yang didapat serta tidak membebankan pada borosnya paket data yang dikeluarkan. Jika tenaga pendidik bisa menemukan metode yang tepat maka pembelajaran yang efektif-pun akan bisa tercapai.
Jika dilihat dari aplikasi aplikasi penunjang lainnya pun banyak didapatkan keterbatasan dalam mendukung adanya PJJ . Dengan berbagai keterbatasan yang ada dalam sistem pelaksanaan PJJ ini yang membuat seakan akan tidak ada jalan lain dengan memberikan tugas untuk melengkapi kekosongan nilai, namun apakah hanya sebatas nilai yang dibutuhkan dalam hasil pembelajaran? Terkesan sia-sia jika hanya berorientasi pada nilai yang baik namun tidak memahami materi yang ada. Penting adanya kerjasama yang baik antara tenaga pendidik dan peserta didik dalam menghadapi sistem pembelajaran yang baru ini tanpa membebankan kedua pihak.
Dalam pemahaman PJJ sendiri terkadang mengalami salah makna sehingga dapat memberatkan dari sisi peserta didik. Pemberian tugas yang menumpuk membuat peserta didik sendiri merasa kesulitan dalam mengerjakannya secara maksimal. Padahal bila dilihat dari sudut pandang peserta didik, saat di rumah justru waktu tidak terbagi hanya untuk mengerjakan tugas saja, namun juga harus menjalankan kewajiban yang lainnya.
 Adanya  kebijakan untuk meliburkan kegiatan sekolah difokuskan untuk menghindari dampak dari virus corona, namun justru fokus tersebut ditimpa dengan tugas menumpuk yang diberikan kepada peserta didik.  Selain itu, pemberian nilai yang dilihat dari pengerjaan tugas juga terbilang tidak efektif karena belum tentu pemahaman materi pembelajaran dari peserta didik dapat diserap sepenuhnya dari tugas tersebut.Â
Dalam permasalahan tersebut bukan murni kesalahan dari tenaga pendidik, melihat mereka juga belum sepenuhnya siap menghadapi permasalahan ini dan masih adanya kelabilan dalam efektivitas penilaian peserta didik dalam standar pemahaman mereka.
Timbulnya kesalahan arti PJJ yang hadir perlu diluruskan, PJJ dimunculkan sebagai penguatan karakter positif bukan tentang penuntasan materi ajar, untuk itu kewenangan pihak pendidik juga harus melihat situasi dan kondisi yang dialami anak muridnya. Kondisi dan kemampuan yang dimiliki berbeda-beda, tidak semua memiliki media akses yang mendukung adanya PJJ, dapat dilihat masih adanya siswa yang tidak memiliki atau tidak terbiasa menggunakan aplikasi edukasi yang seringkali memerlukan kuota atau biaya yang cukup mahal, sehingga dirasa PJJ belum optimal.
Dunia baru bagi tenaga pendidik dan peserta didik tentang adanya sistem ini yang membuat adanya ketidakseimbangan dalam perencanaan maupun pelaksanannya. Banyak pihak yang belum siap dalam menghadapi berbagai perubahan dalam sistem pembelajaran, Â hal tersebut membuat berbagai kesulitan sehingga banyak keluhan dari aturan PJJ ini. Metode belajar yang dipilih haruslah disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan agar tidak memberatkan bagi tenaga pendidik dan khusunya bagi peserta didik.
Dirasa penting menghadirkan sisi kepekaan antara peserta didik dan tenaga pendidik dalam menjalani pembelajaran tanpa tatap muka. Saat ini dibutuhkan ke aktifan dan kekreatifitas an dari tenaga pendidik agar materi pembelajaran dapat ditangkap dengan baik tanpa harus membebankan peserta didik dan tentunya tetap memberikan waktu yang cukup untuk menjaga kesehatan saat ini.
Proses pembelajaran penting, namun kesehatan juga lebih penting. Oleh karena itu, pelaksanaan dari aturan aturan pemerintah harus dijalankan tanpa mengesampingkan kesehatan. Diperlukan adanya evaluasi terhadap berbagai aturan termasuk PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh ini) agar kelabilan serta ketidakefektivan dalam belajar bisa dihindarkan. Keberhasilan program ini bukan hanya dilihat dari belajar dirumah saja, namun juga metode yang tepat serta keseimbangan dalam memahami pembelajaran dan adanya fokus terhadap kesehatan diri tanpa selalu dipusingkan dengan adanya tugas yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H