"Pak Hendra ... tolong ceritakan duduk perkaranya, " kata kepala desa.
Paman Hendra menceritakan permasalah itu. Intan kaget mendengarnya. Paman Hendra menceritakan dengan menambahkan banyak informasi bohong.
"Bagaimana tanggapan kamu, dik Intan? " tanya Kepala Desa.
Intan yang lebih punya nyali pun bicara apa adanya. Sesuai fakta dan kenyataan yang dia tahu.
"Pembohong! " teriak Paman Hendra sambil menujuk Intan.
"Tolong diam, Pak Hendra! " tegur spontan kepala desa.
Paman Hendra tampak mendongkol dengan sambutan balik kepala desa. Dia pun meminta waktu untuk bicara.
"Gantian. Giliran saya bicara. Dia itu hanya anak baru kemarin tidak tau apa-apa. Ini ... kalian lihat semua. Inilah surat wasiat dari mendiang bapak saya tentang tanah itu. Silahkan dibaca! " ucap Paman Hendra.
Paman Hendra berjalan ke arah kepala desa dan beberapa aparat desa yang duduk di meja depan. Kepala desa membaca dengan serius surat itu.
"Bagaimana dengan surat ini, Dik Intan? " tanya kepala desa.
Intan menarik nafas sebentar. " Tanah itu ... tanah yang kami tempati milik mendiang bapak saya. Sertifikatnya pun atas nama bapak saya, " jelasnya.