Amira memakai masker. Meletakan dagangannya ke dalam wadah plastik besar yang biasa dipakainya berjualan. Tekadnya semoga hari ini dapat rejeki halal untuk membeli kopiah buat Budi.
Tak terasa, sudah hampir satu jam Amira berkeliling. Namun, pembeli yang diharapkan tak kunjung ada. Amira mengaso  sebentar menghilangkan sedikit pegal di kakinya, kemudian kembali berdagang. Suaranya mulai parau, tapi dagangannya tak berkurang juga.
Amira menahan air mata. Dia  harus sekuat baja dan setegar batu karang. Demi buah hatinya, Budi.
Seorang ibu memanggilnya.Â
"Kue! Sini!" teriak ibu yang memakai baji warna hijau dari balik pagar.
Amira mendekati wanita itu di balik pagar itu. Wanita itu baru pertama kali dia lihat di lingkungan tempatnya berjualan. Tampaknya orang baru.
"Kuenya, bu," ucap Amira.
"Wah ... Kuenya kelihatannya enak-enak. Berapa harganya? tanya wanita itu.
"Seribu rupiah, bu. Ada pisang goreng, bakwan, donat, dan gemblong. Tinggal dipilih," ujar Amira.
"Saya ambil pisang goreng dan donatnya. Harga dua puluh ribu ya," kata wanita itu.
Amira memasukkan kue pesanan wanita itu ke dalam kantong plastik. Menyerahkan kepadanya. Wanita itu pun membayarnya dengan selembar uang pecahan lima puluh ribu. Amira memberikan kembaliannya.