Formula 1 (F1) telah lama menjadi puncak inovasi teknologi otomotif. Dalam beberapa dekade terakhir, dengan meningkatnya kesadaran global akan dampak perubahan iklim, industri otomotif mengalami transformasi besar menuju elektrifikasi. F1, sebagai olahraga motor paling prestisius, tidak hanya beradaptasi dengan tren ini, tetapi juga berperan sebagai pelopor dalam pengembangan teknologi hijau untuk kendaraan bermotor. Â
 Perubahan Menuju Elektrifikasi Â
Era elektrifikasi di F1 dimulai pada tahun 2014 dengan diperkenalkannya unit tenaga hybrid. Mesin V6 turbocharged digabungkan dengan sistem pemulihan energi (Energy Recovery System atau ERS), yang memungkinkan mobil F1 menggunakan energi panas dan kinetik yang dihasilkan selama balapan untuk meningkatkan daya. Hal ini tidak hanya membuat mesin lebih efisien, tetapi juga mengurangi emisi karbon secara signifikan. Â
ERS menjadi tulang punggung inovasi ini dengan dua komponen utama: Â
1. MGU-K (Motor Generator Unit-Kinetic): Mengubah energi kinetik yang dihasilkan saat pengereman menjadi energi listrik. Â
2. MGU-H (Motor Generator Unit-Heat): Mengubah energi panas dari gas buang menjadi daya tambahan. Â
Teknologi ini menjadi bukti bahwa efisiensi tidak harus mengorbankan performa, karena mobil F1 tetap mampu melaju dengan kecepatan yang luar biasa. Â
 Fokus pada Keberlanjutan Â
Seiring dengan kemajuan teknologi, FIA (Federation Internationale de l'Automobile) juga berkomitmen untuk menjadikan F1 sebagai olahraga netral karbon pada tahun 2030. Beberapa langkah menuju tujuan ini meliputi: Â
- Bahan Bakar Berkelanjutan: F1 beralih ke bahan bakar sintetik yang dibuat dari sumber terbarukan, dengan target menggunakan 100% bahan bakar berkelanjutan pada tahun 2026. Â