Mohon tunggu...
Edric Galentino
Edric Galentino Mohon Tunggu... Freelancer - Software Engineer - Mahasiswa di Universitas Mercubuana Jakarta

Saya, Edric Galentino dengan NIM 41522110012 dari Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika, disini untuk mengerjakan kuis mata kuliah PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB dengan dosen: APOLLO, PROF. DR, M.SI.AK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Dokrin Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

19 Mei 2024   11:29 Diperbarui: 19 Mei 2024   11:35 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diskursus Dokrin Pendidikan Ki Hadjar Dewantara


Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang setelah tahun 1923 dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, adalah seorang bangsawan Jawa yang lahir pada 2 Mei 1889 dan meninggal pada 26 April 1959. Beliau adalah seorang aktivis, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi pribumi Indonesia selama masa penjajahan Belanda. Nama "Ki Hadjar Dewantara" dipilih sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya Jawa, dan sering kali disingkat menjadi "Soewardi" atau "KHD". Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Beliau terlibat aktif dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda, dan melalui tulisan serta aktivitas politiknya, beliau mengadvokasi hak-hak dan pendidikan untuk pribumi Indonesia. Salah satu pencapaian terbesar Ki Hadjar Dewantara adalah pendirian Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922. 

Lembaga pendidikan ini memberikan kesempatan bagi pribumi Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan para priyayi dan orang-orang Belanda. Taman Siswa mengedepankan pendidikan yang berorientasi pada kebudayaan dan karakter, bukan hanya pengetahuan akademis semata. Pada tahun 1959, atas jasa-jasanya dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional oleh Presiden Soekarno. Tanggal kelahirannya, 2 Mei, kemudian diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Ki Hadjar Dewantara juga dikenal dengan semboyannya "Tut Wuri Handayani", yang berarti "di belakang memberi dorongan". 

Semboyan ini menjadi bagian dari slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia dan mencerminkan filosofi pendidikan beliau yang menekankan pentingnya peran pendidik dalam membimbing dan mendukung murid dari belakang, memberi kebebasan kepada murid untuk berkembang dengan mandiri. Nama beliau diabadikan pada kapal perang Indonesia, KRI Ki Hadjar Dewantara.
Potret dirinya juga diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.
Dia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959).
Warisan dan Pengaruh
Ki Hadjar Dewantara meninggalkan warisan yang mendalam dalam bidang pendidikan di Indonesia. Filosofi dan pendekatannya terhadap pendidikan yang berbasis kebudayaan dan karakter tetap relevan hingga saat ini. Taman Siswa, lembaga pendidikan yang didirikannya, terus menjadi simbol perjuangan pendidikan untuk semua lapisan masyarakat.

Panca Darma (1947)
Pada tahun 1947, Ki Hadjar Dewantara merumuskan lima asas pendidikan yang dikenal sebagai Panca Darma. Kelima asas ini mencakup:

1. Asas Kemerdekaan:
   Pendidikan harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Kebebasan ini mencakup kebebasan berpikir, berkreasi, dan berekspresi. Dalam praktiknya, sekolah memberikan ruang bagi siswa untuk memilih mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

2. Asas Kodrat Alam:
   Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam, artinya harus menghargai dan memperhatikan perkembangan alami anak sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya. Guru memberikan pelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman siswa, serta menggunakan metode yang mengedepankan pendekatan alami seperti pembelajaran melalui permainan bagi anak-anak kecil.

3. Asas Kebudayaan:
   Pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional dan lokal. Siswa diajarkan untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya bangsa. Kurikulum sekolah mencakup pelajaran seni, tari, musik, dan bahasa daerah untuk memastikan bahwa siswa mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri.

4. Asas Kebangsaan:
   Pendidikan harus menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Hal ini penting untuk membangun identitas nasional yang kuat. Sekolah mengadakan upacara bendera setiap minggu dan mengajarkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menanamkan rasa patriotisme di kalangan siswa.

5. Asas Kemanusiaan:
   Pendidikan harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan universal seperti keadilan, kebebasan, dan kemanusiaan. Siswa diajarkan untuk menghormati hak-hak asasi manusia. Program pendidikan mengajarkan nilai-nilai toleransi, kerja sama, dan menghargai perbedaan di antara sesama siswa.

Kemerdekaan Belajar menurut Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan konsep kemerdekaan belajar yang menekankan pengembangan potensi individu. Konsep ini mencakup beberapa poin utama:

1. Mengembangkan Bakat:
   Pendidikan harus berfokus pada pengembangan bakat setiap individu. Setiap siswa memiliki bakat unik yang harus ditemukan dan dikembangkan. Sekolah menyediakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, dan sains untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan bakat mereka.

2. Pendidik Mengembangkan Potensi Siswa/Mahasiswa/Peserta Didik:
   Guru dan pendidik harus berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan potensi mereka secara optimal. Guru memberikan bimbingan dan dukungan individu kepada siswa, membantu mereka mengatasi kesulitan belajar dan mengarahkan mereka untuk mencapai tujuan akademis dan pribadi.

3. Siswa/Mahasiswa Diarahkan Sesuai Bakatnya:
   Pendidikan harus bersifat personal dan adaptif, menyesuaikan metode dan materi pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat masing-masing siswa. Sistem penjurusan di sekolah menengah atas yang memungkinkan siswa memilih jurusan IPA, IPS, atau Bahasa sesuai dengan minat dan bakat mereka.

4. Siswa/Mahasiswa Perlu Belajar Merdeka (Memilih Sendiri):
   Siswa harus diberikan kebebasan untuk memilih jalur pendidikan mereka sendiri. Ini termasuk kebebasan memilih mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan bahkan jalur karir. Mahasiswa di perguruan tinggi dapat memilih mata kuliah yang ingin mereka ambil sesuai dengan minat dan rencana karir mereka, memberikan mereka kontrol lebih besar atas pendidikan mereka.

Tri Kont Pendidikan
Tri Kont Pendidikan adalah konsep yang menjelaskan tiga prinsip dasar pendidikan yang diajukan oleh Ki Hadjar Dewantara. Prinsip ini mencakup:

1. Kontiyu (Blue Print):
   Pendidikan harus memiliki panduan atau rencana yang berkelanjutan. Ini mencakup visi jangka panjang dan strategi implementasi yang konsisten. Sistem pendidikan nasional yang dirancang dengan kurikulum yang terstruktur dan terencana dengan baik, mencakup pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, dengan pembaruan kurikulum secara berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

2. Konsentris (Budaya Bangsa):
   Pendidikan harus berpusat pada budaya bangsa, mengutamakan nilai-nilai budaya lokal dan nasional sebagai inti dari proses pendidikan. Pengajaran bahasa daerah, sejarah nasional, dan budaya lokal di sekolah-sekolah, serta penerapan metode pengajaran yang mengintegrasikan budaya lokal dalam proses belajar mengajar.

3. Konvergen (Tuntutan Global):
   Pendidikan harus mampu mengakomodasi tuntutan global, mempersiapkan siswa untuk bersaing di tingkat internasional tanpa kehilangan identitas nasional. Pengajaran bahasa asing, teknologi informasi, dan keterampilan global lainnya di sekolah, serta kerjasama internasional dalam bidang pendidikan seperti program pertukaran pelajar dan kerjasama penelitian dengan universitas luar negeri.

Kesimpulannya, Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh penting dalam sejarah pendidikan Indonesia yang menawarkan konsep-konsep mendalam tentang pendidikan. Panca Darma, kemerdekaan belajar, dan Tri Kont Pendidikan adalah beberapa dari banyak kontribusinya yang hingga kini masih relevan dan diaplikasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, berpusat pada peserta didik, dan menghargai budaya lokal serta global. Dengan penerapan prinsip-prinsip ini, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan individu-individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan global

Orientasi Tri Rahayu "Tri Hayu" adalah konsep yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara yang menggambarkan tiga dimensi atau tingkatan dari tujuan hidup dan pengembangan diri manusia. Konsep ini mencakup tiga aspek utama: diri sendiri, bangsa, dan alam semesta. Berikut adalah elaborasi terkait masing-masing aspek dari Tri Hayu beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari:

1. Memayu Hayuning Sarira (Diri Sendiri)
Memayu Hayuning Sarira berarti memelihara dan memperindah diri sendiri, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Ini mencakup pengembangan karakter, pengetahuan, kesehatan, dan kesejahteraan pribadi. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya individu untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal sebagai dasar untuk kontribusi yang lebih besar pada masyarakat dan bangsa.

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
- Pengembangan Karakter: Seseorang berusaha untuk selalu jujur, disiplin, dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.
- Kesehatan: Seseorang rutin berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memastikan kondisi fisik tetap prima.
- Pendidikan: Seseorang terus belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya melalui pendidikan formal maupun informal, seperti mengikuti kursus, membaca buku, dan mengikuti seminar atau workshop.

2. Memayu Hayuning Bangsa (Bangsa)
Memayu Hayuning Bangsa berarti menjaga, memperbaiki, dan memperindah kehidupan bangsa. Ini mencakup kontribusi individu terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat serta partisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan politik untuk membangun bangsa yang lebih baik. Aspek ini menekankan pentingnya rasa kebangsaan dan patriotisme.

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
- Partisipasi Sosial: Seseorang aktif dalam kegiatan sosial, seperti menjadi sukarelawan dalam organisasi non-profit, mengikuti kegiatan gotong-royong, atau membantu korban bencana alam.
- Kontribusi Ekonomi: Seseorang berusaha untuk menjadi wirausaha yang menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar atau bekerja secara profesional untuk meningkatkan produktivitas dan ekonomi bangsa.
- Kesadaran Politik: Seseorang ikut serta dalam pemilu dan proses demokrasi, serta mengawal kebijakan pemerintah agar berpihak kepada kepentingan rakyat banyak.

3. Memayu Hayuning Bawana (Seluruh Alam Semesta)
Memayu Hayuning Bawana berarti memelihara, memperbaiki, dan memperindah alam semesta. Ini mencakup kepedulian terhadap lingkungan dan ekosistem, serta upaya untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan alam. Aspek ini menekankan tanggung jawab individu terhadap kelestarian lingkungan global.

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
- Perilaku Ramah Lingkungan: Seseorang melakukan tindakan-tindakan kecil namun signifikan seperti mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulang sampah, menggunakan transportasi publik atau kendaraan ramah lingkungan, dan menghemat energi.
- Konservasi Alam: Seseorang terlibat dalam kegiatan konservasi alam, seperti menanam pohon, menjaga kebersihan sungai dan pantai, serta mendukung program-program pelestarian flora dan fauna.
- Pendidikan Lingkungan: Seseorang menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan kepada orang lain, misalnya melalui kampanye lingkungan, mengajar anak-anak tentang pentingnya ekosistem, atau berbagi informasi tentang perubahan iklim.

Kesimpulannya, Konsep Tri Rahayu "Tri Hayu" dari Ki Hadjar Dewantara mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam mengembangkan diri, berkontribusi pada bangsa, dan menjaga kelestarian alam semesta. Memayu Hayuning Sarira menekankan pengembangan individu yang kuat dan berkarakter. Memayu Hayuning Bangsa menekankan kontribusi aktif terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat serta bangsa. Memayu Hayuning Bawana menekankan tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan alam semesta.

Implementasi konsep ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan kecil namun konsisten yang berdampak positif pada diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Tri Hayu, seseorang tidak hanya berupaya mencapai kesempurnaan diri tetapi juga berkontribusi pada harmoni sosial dan keseimbangan ekologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun