Mohon tunggu...
Ndiken Sergi
Ndiken Sergi Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Almasuh - Papua

Tulis dan Tulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Fenomena Harga Tiket Pesawat di Papua yang " Menggila"

28 Januari 2019   17:29 Diperbarui: 2 Februari 2019   23:48 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maskapai penerbangan yang dominan beroperasi di Tanah Papua adalah, Group Garuda Indonesia dan Lion Group. Maskapai yang dimaksud adalah, maskapai yang mengoperasikan pesawat bermesin jet dengan kapasitas di atas 30 tempat duduk. Maskapai tersebut adalah, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Batik Air, Lion Air dan Ekspres Air. Ekspres Air tidak tergabung ke dalam dua group tersebut. 

Maskapai penerbangan Citilink, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Nam Air masuk dalam Group Garuda Indonesia. Maskapai penerbangan Batik Air, Lion Air, Wings Air, Malindo Air, dan Thai Lion Air masuk dalam Group Lion.  Dua group penerbangan ini yang menguasai wilayah udara penerbangan pesawat komersial di Papua.

Lantas mengapa pada saat menjelang hari raya atau akhir tahun harga tiket menlonjak tinggi. Masyarakat papua menilai harga tiket pesawat tersebut sudah di luar batas kewajaran. Berbagi pihak mulai angkat bicara terkait fenomena tersebut. Fungsionaris Legislatif dan Eksekutif di Tanah Papua ikut mengkritisi keputusan harga tiket yang di keluarkan oleh maskapai - maskapai penerbangan tersebut. Pemerintah pusat diminta untuk menyelesaikan masalah ini dan jangan hanya diam dalam melihat fenomena ini.

Harga tiket pesawat mendekati hari Raya Natal, musim liburan peak season di bulan desember  dan akhir tahun 2018 sangat menggila. Rata - rata maskapai penerbangan yang beroperasi di papua mematok harga tinggi pada moment tersebut. Khususnya bagi para penumpang yang ingin berangkat keluar papua, terutama Jakarta. Bagaimana tidak harga tiket pesawat Jayapura - Jakarta menembus harga Rp. 12 jutah untuk sekali perjalanan. Mengapa sampai harga sebuah tiket pesawat terbang dari - ke Papua, kenaikannya begitu fantastis dan hal - hal apa yang mempengaruhi kenaikan harga sebuah tiket pesawat terbang.

Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Tiket Pesawat

Dasar suatu maskapai penerbangan mengeluarkan tarif tiket pesawat terbang adalah  Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2016. Tarif tiket pesawat terbang di keluarkan berdasarkan formulasi perhitungan di dalam peraturan menteri tersebut. Di dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2016  di jelaskan secara jelas tentang  formulasi perhitungannya.

Pada pasal 5 ayat 1(a,b,c)  Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2016 disebutkan mengenai pengelompokan pelayanan penerbangan dibagi dalam 3 (tiga) kategori :

1. Pelayanan dengan standar maskimum (full services)

2. Pelayanan dengan standar menengah (medium services)

3. Pelayanan dengan standar minimum (no frills services) sering disebut dengan maskapai berbiaya rendah LCC ( Low Cost Carrier)

Maskapai penerbangan di Indonesia yang masuk kelompok pelayanan standar maskimum adalah Garuda Indonesia dan Batik Air. Kelompok pelayanan standar menengah adalah Sriwijaya Air dan Nam Air. Kelompok pelayanan standart minimum adalah Lion Air, Wings Air dan Air Asia.

Perbedaan yang dirasakan penumpang adalah pelayanan fasilitas pada saat penerbangan. Kelompok full services menyediakan fasilitas yang lebih dibandingan dengan kelompok yang lainnya. (lihat table 1)

dokpri
dokpri
Table tersebut sudah menjelaskan kenapa pelayanan dan fasilitas di pesawat Garuda Indonesia lebi baik, jika dibandingan dengan pewasat Lion Air atau Sriwijaya Air. Konsekwensi dari penerapan kelompok tersebut adalah ditetapkannya tarif maksimal yang diperbolehkan dari tarif batas atas yang ditetapkan pemerintah. Pada pasal 5 ayat 2 (a,b,c) Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2016 disebutkan besaran tarif maksimum berdasarkan kelompok pelayanan, ialah :
  • Penerapan tarif 100% dari tarif  makasimum untuk full service
  • Setingi - tingginya 90% dari tarif  maksimum untuk medium service
  • Setingi - tingginya 85% dari tarif maksimum untuk pelayanan dengan standar minimum (no frills services)

Formula tersebut menyebabkan maskapai dengan pelayanan full servis dapat menetapkan harga tiket 100% dari harga batas atas sebuah tiket pesawat. Sedangkan kelompok medium servis dapat menetapkan harga tiket maksimal 90%. Begitu juga dengan kelompok standar pelayanan minimum               (no frills services). Artinya, Maskapai pesawat Lion Air, dan Sriwijaya Air, tidak bisa menaikan harga tiket 100% seperti Garuda Indonesia pada musim Peac seson seperti libur Natal dan tahun baru atau hari raya Idul Fitri.

Contoh : penerbangan menggunakan pesawat dengan pelayanan full services misalnya seperti Garuda Indonesia.

Jakarta - Jayapura (4414 mil laut), Batas atas Rp. 6.356.000 - Batas bawa Rp.1.906.800,-

Pada saat pesawat garuda tersebut mengeluarkan tarif maksimum, maka harga tiket kenaikannya 100%  dari batas atas. Artinya, dari harga                        Rp. 6.356.000,-  menjadi Rp. 12.712.000,-.

Berikut adalah table tarif batas atas dan batas bawah, untuk pesawat terbang yang menggunakan pelayanan standar maximum (lihat table 2).

dokpri
dokpri
Factor Teknis dan Non Teknis

Menurut bebarapa ahli penerbangan di Indonesia, kenaikan harga tiket pesawat terbang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, jarak, fluktuasi harga avtur dan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, juga biaya bandara. Fluktuasi harga avtur dan nilai tukar rupiah ini menjadi hal yang lebih menarik untuk dibahas. Artinya, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, dan naiknya harga minyak dunia menjadi faktor dominan di berlakukannya tarif maksimum. Karena hal - hal tersebut otomatis mempengaruhi biaya operasional suatu maskapai penerbangan secara keseluruhan.

Jadi, tarif maskimum dari batas atas harga tiket di kenakan pada saat, harga avtur naik dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar amerika. Maskapai penerbangan mengeluarkan tarif maskimum pada saat fenomena kenaikan itu terjadi. Itulah mengapa harga tiket  Jakarta - Jayapura Mencapai angka Rp. 12 juta.  Pertanyaan subtansialnya adalah, apakah harga minyak dunia selalu naik setiap hari raya keagamaan ? apakah nilai tukar rupiah selalu melemah pada saat masa liburan akhir tahun ?  karena pada saat peac season dan hari raya keagamaan inilah harga tiket dari - ke Papua "Menggila".

Tidak hanya penumpang, masyarakat pun  bertanya - tanya seputar fenomena kenaikan harga tiket pesawat.  Apakah hanya faktor teknis yang menyebabkan harga tiket di papua naik, atau ada faktor non teknis ? jangan - jangan dunia penerbangan di Papua telah jadikan lahan bisnis oleh mereka yang disebut "Kartel Penerbangan" .

Jika kita melihat dunia penerbangan di Papua khusunya pesawat bermesin jet dengan kapasitas diatas 30 tempat duduk, dikuasai oleh dua group maskapai penerbangan. 

Group Garuda Indoensia dan Lion Group.  Maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan      Nam Air, masuk dalam group Garuda Indonesia. Maskapai Batik Air, Lion Air, dan Wings Air masuk dalam  Lion Group. Artinya, potensi terjadinya Oligopoli pada dunia penerbangan di Papua sangat besar karena tidak ada maskapai penerbangan lain di kelasnya selain dua group ini. Sehingga dikawatirkan terjadi konspirasi terselubung dalam menentukan harga tiket oleh kedua group penerbangan tersebut. Misalnya, menaikan harga tiket pesawat pada saat yang bersamaan dan menurunkan harga tiket pesawat pada saat yang bersamaan.

Bayangkan dengan berbagai maskapai penerbangan yang melayani rute luar negeri. Jumlah maskapai atau group penerbangan yang melayani rute Jakarta - luar negeri lebih banyak, jika bandingan dengan rute penerbangan dari Jakarta - Papua. Sehingga tidak heran jika tiket   Jakarta - New Delhi dikisaran Rp. 3 juta. Artinya, banyaknya maskapai dan grup penerbangan ikut mempengaruhi harga tiket sebab terjadi persaingan yang sehat. 

Berbeda dengan penerbangan dari Papua - luar Papua atau sebaliknya yang dikuasai oleh dua group penerbangan. Pertanyaan selanjutnya, apakah sebelumnya maskapai penerbangan sudah sosialisasi mengenai kenaikan harga tiket untuk masyarakat Papua ? sosialisasi kenaikan harga tiket sangat penting, sehingga masyarkat yang tidak mampu membeli tiket pesawat sudah mempersiapkan alternatif transportasi dari jauh hari.

Memang fenomena kenaikan harga tiket sangat membuat pusing masyarakat papua. Sehingga, di harapkan pihak pemerintah propinsi yang ada di Tanah Papua berkoordinasi dengan pemerintah pusat, untuk menyelidiki dengan benar fenomena ini. Apakah hanya faktor teknis saja yang membuat harga tiket pesawat naik atau ada faktor non teknis lainnya. Masyarakat papua memerlukan kejelasan informasih dari fenomena ini, sehingga pada saat musim liburan dan hari raya tiba masyarakat papua tidak risau lagi karena harus memikirkan harga tiket yang "Menggila".

Oleh : Pejuang Pena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun