Mohon tunggu...
Aksal
Aksal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Siswa Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Haji Menolong Saya

11 Desember 2024   21:57 Diperbarui: 11 Desember 2024   22:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekitar tengah hari waktu setempat. Haji Dulaheim di ringkus warga selepas shalat di salah satu rumah di desa ini. Saya terkejut minta ampun. Hampir tak percaya mendengar kabar ini sebenarnya. Bahkan warga setempat pun. 

Orang-orang desa tentu mengenal baik haji Dulaheim. Seorang haji yang di tua kan semua penduduk di desa ini. 

Tangan nya di cium sana-sini,tapi tidak bagi perempuan yang menurut Haji Dulaheim bukan Mahram itu.

Tidak jarang orang-orang berpangkat datang mengunjungi Haji Dulaheim. Minta doa katanya. Di bawakan berbagai makanan dan buah-buahan. Tak cuma taat, Haji Dulaheim terkenal karena kemurahan hati, Buah-buahan hasil pemberian orang berpangkat tersebut tak lepas di bawanya ke surau pada sore hari menjelang malam itu. Di berikan pada anak-anak desa selepas mengaji pada haji Dulaheim. Anak-anak berlarian bahagia memegang buah-buahan pemberian haji Dulaheim. Dan orangtua-orangtua mereka merasa berterima kasih dan balas memberikan berupa makanan lain dari persediaan mereka. 

Di persimpangan jalan, saya bertemu si Haqem jangkung dari Qatar, pekerja tidak sah yang menetap di desa ini sudah tiga tahun lebih. Orang desa sudah dari dulu-dulu berusaha menendangnya. Tapi karena bantuan haji Dulaheim, dia tetap berada di sini sampai saat ini. 

Si Haqem jangkung yang menyampaikan pesan di ringkusnya haji Dulaheim pada saya. Saya terkejut dan bereaksi pada Haqem Jangkung, saya menarik lengan baju dia sembari menyandarkan dia pada tembok pabrik pewarna baju itu. Tangan saya bergetar dan sudah bersedia memukul bagian mana pun dari tubuhnya. Haqem jangkung hampir saya pukul atas kelancangan dia berbicara demikian perihal haji Dulaheim yang di ringkus tadi. jika tidak ada orang memergoki, selesai hakim jangkung oleh saya. Dia tergopoh-gopoh pergi, lalu saya bertanya pada orang lain perihal kebenaran berita tersebut. Berita tersebut bukan hanya kabar bohong, saya terduduk seketika mendengar kabar tersebut. Pikiran saya seketika menuju haji Dulaheim, Sungguh benar-benar tidak menyangka. Kejadian demikian akan menimpa haji Dulaheim yang taat seperti itu. 

Satu bulan lalu saya di laporkan Haqem jangkung ke haji Dulaheim. Haqem jangkung menemukan saya keluar dari Rumah Dolly, Semua pria haus pasti pergi ke sana. Saya yang saat itu benar-benar tak mendengarkan saran apapun. Kepala saya yang saat itu di penuhi hal-hal berlawanan dengan haji Dulaheim. Saya di tarik ke surau oleh haji Dulaheim, Dia tak henti-henti menceramahi saya yang pada saat itu menganggap ceramah haji Dulaheim seperti burung berkicau, serupa suara Saksofon yang di tiup sesuka hati, Ucapannya tak pernah saya turuti sampai saat itu. 

Saya benar-benar merasa ingin melenyapkan Haqem Jangkung dari desa ini. Karena dia hati saya jadi terasa di tikam oleh Haji Dulaheim itu. Saya berencana untuk membuat kakinya pincang supaya tidak dapat mengadu lagi ke haji Dulaheim. Tapi ke inginan itu padam oleh burung saya yang meronta-ronta minta ke rumah Dolly itu. 

Beberapa kali saya berjumpa dengan Haqem jangkung di berbagai jalan, Dia sama sekali tak menunjukan rasa bersalah atas kejadian yang dia lakukan pada saya. Ingin sekali rasanya saya buat Pincang kakinya itu. Atau memukulnya menggunakan barang berbahan keras ke arah kepalanya.

Orang-orang desa ramai memperbincangkan Haji Dulaheim, ada yang mendukung haji Dulaheim, ada pula yang berlawanan dengan haji Dulaheim. Sebenarnya hampir semua orang tidak menyangka. Banyak sekali pertolongan yang di lakukan haji Dulaheim. Semua merasakan. Anak-anak beriringan mengaji pada Haji Dulaheim, Tak ada biaya apapun untuk mengaji pada haji Dulaheim. Begitupun Ukana, dia anak yang paling menunjukan kepatuhan pada haji Dulaheim. Begitu mendengar berita demikian, hati Ukana bak di remas, dia tak henti-henti menangis karena kejadian itu. Orang tua Ukana pusing, semua cara telah di perbuat mulai dari di belikan ini sampai di belikan itu masih tidak mengobati tangisnya kepada haji Dulaheim itu.

Lalu kedua kalinya Haqem jangkung memergoki saya keluar dari rumah Dolly, Dia mengadu kembali pada haji Dulaheim. Saya di seret kembali ke surau bersama Haqem jangkung menjadi saksi saya. Haji Dulaheim mengeluarkan segala macam cara agar saya sadar, tapi saya malah semakin tak karuan, Haqem jangkung selalu menunjukan wajah tidak bersalah di hadapan saya. Dia malah membikin panas hati saya. Di hadapan haji Dulaheim hampir saya ludahi badan si Haqem jangkung, haji Dulaheim menahan saya seolah-olah membela Haqem jangkung. Tapi kenyataannya tidak begitu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun