Mohon tunggu...
Aksal
Aksal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Siswa Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Pieter

20 November 2024   12:17 Diperbarui: 20 November 2024   12:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

   Saya pikir ini cinta,mungkin juga tidak pikirku.

Pasar adalah tempat yang terhitung cukup ramai  dan sering di kunjungi orang-orang. Mulai dari berbagai suku,ras,atau apapun. di satukan di tempat yang bernama pasar tersebut. Orang-orang di pasar saling membutuhkan. Ada orang yang menjual untuk mendapatkan keuntungan. membeli untuk mendapatkan keperluan. Semuanya benar-benar di satukan di tempat itu.

    Pagi hari itu hujan,beberapa jalanan harus tergenang air di sebabkan karena beberapa lubang. Keadaan tersebut cukup mempersulit beberapa pejalan kaki yang melewati jalan tersebut. Termasuk seruni. 

Seruni selalu berdagang di sebuah pasar. 

Hujan di pagi hari seperti ini bukan sesuatu hal aneh baginya. 

Sebenarnya dia selalu bangun tidur lebih awal, sekitar pukul 4 pagi untuk ber-ibadah. Lalu pukul 5 pagi membantu ibunya membuat dan menyiapkan beraneka macam kue, untuk dia bawa dan jual ke pasar pukul 6 nantinya.

   Seruni tidak pernah melihat sosok seorang Ayah, dan entah kemana ayah Seruni saat ini. Dulu ayah Seruni adalah seorang pejuang. Saat Seruni tiga bulan di kandung ibunya,ayah seruni tertangkap dan di buang ke Digoel bersama dua rekannya. Kesedihan tentu benar-benar sangat di rasakan ibu seruni saat itu. Nenek seruni pada saat itu sering mengalihkan kesedihan anaknya dengan mengajaknya membuat beberapa macam kue, untuk lebih melupakan dan meredakan kesedihan yang pada saat itu ibu Seruni Alami.

Dulu mereka tak membawa kue-kue bikinan mereka ke pasar. Mereka hanya berjualan di sekitar desa dan sesekali ke desa terdekat yang tidak harus menempuh jarak jauh untuk mencapainya. Tapi kini, setelah ayahnya entah kemana dan neneknya tiada juga. Kini Seruni lah yang meneruskan semua itu.

   Sudah pukul 6 lebih 30 menit. Seruni bersiap ke pasar dengan memakai kain warisan dari ibunya yang dulu pernah juga di paka oleh mendiang neneknya. Hujan mengguyur cukup deras di atap rumah Seruni. Hingga beberapa kali, di iringi angin yang sesekali menggoyangkan beberapa bagian dari rumahnya.

Hujan berhenti 30 menit kemudian.bersama sinar-sinar yang muncul dari ufuk timur membawa kebahagian bagi mereka.

Seruni menyusuri jalan basah dan berlubang yang hampir-hampir semua lubang terisi oleh genangan air akibat hujan deras tadi. Kaki kecoklatan Seruni dan sendal pemberian ibunya terpaksa harus ikut tergenang oleh air dari lubang-lubang genangan air tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun