Mohon tunggu...
Nurhawati
Nurhawati Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Cerita Tentang Pengorbanan, Kekuatan, dan Keseimbangan Keluarga Kecil

31 Mei 2024   11:01 Diperbarui: 9 Juni 2024   10:44 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: https://pixabay.com/id/photos/semangat-tim-kerja-tim-masyarakat-2447163/

Menjadi sosok ibu dalam keluarga kecil yang dibentuk merupakan peran yang penuh dengan tantangan sampai tanggung jawab didalamnya. Sebagai sosok ibu yang memiliki tugas cukup beragam salah satunya berupa mengurus anak sebagai buah hatinya. Dari contoh peran tersebut sosok ibu tersebut juga harus dapat memastikan akan keluarga kecil yang dibentuk berjalan sangat lancar secara keseluruhan. Perjalanan menjadi sosok ibu tersebut akan menjadi tantangan yang besar tak kala harus pula menjaga keseimbangan antara pekerjaan domestik, karier, sampai perhatian untuk setiap anggota keluarga. Belum lagi jika sosok ibu harus mendapatkan peran tanggung jawab ganda sebagai sosok pencari nafkah bagi keluarga. Sudah pasti menjadi sosok ibu dibutuhkan manajemen waktu sampai penggunaan energi yang sangat efisien.

Selain itu menjadi sosok ibu dalam keluarga kecil sering kali harus menghadapi tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi dari lingkungan masyarakat sekitar. Ada harapan yang sangat tinggi untuk menjadi sosok ibu yang sangat sempurna dengan kemampuan untuk menjaga keharmonisan keluarga, memenuhi kebutuhan finansial, serta memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak sebagai buah hati maupun pasangannya. Berbagai tuntutan kompleks yang harus diterima oleh sosok ibu seringkali menimbulkan stres dan rasa tidak mampu. Hal tersebut kian besar ketika sosok ibu menghadapi situasi tersebut yang menuntut pengorbanan dalam sisi waktu, tenaga, sampai pikiran yang besar.

Tantangan lainnya yang harus dihadapi oleh para ibu dalam keluarga kecilnya berupa menjaga keseimbangan antara kebutuhan individu dengan kebutuhan keluarga. Sebagai seseorang ibu sangat sering sekali terasa sulit untuk menyempatkan waktu untuk diri sendiri, mengurus kebutuhan pribadi, atau mengejar impian pribadi. Sementara disisi satunya lagi terdapat tuntutan untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga juga menjadi prioritas utama. Adanya dua prioritas utama dalam waktu bersamaan yang harus terpenuhi membuat sering kali harus mengorbankan waktu sampai energi untuk tetap menjadi sumber kebahagiaan sampai pemenuhan diri. Oleh karena itu menjadi sosok ibu dalam keluarga kecil yang dibentuk memerlukan keseimbangan yang baik antara merawat keluarga dengan diri sendiri.

Berbagai kompleksitas yang dialami oleh sosok ibu dalam keluarga kecil tersebut menjadi dasar dalam pembentukan sebuah karya berupa film. Salah satu film yang mengangkat latar belakang sampai tema mengenai sosok ibu memiliki judul “Ibu Ora Sare”. Film pendek dengan judul tersebut menceritakan seseorang anak yang memiliki nama Gogor. Pemeran tokoh Gogor berusia kurang lebih 8 tahun sehingga masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Suatu hari tokoh Gogor sedang bersekolah guru sebagai tenaga pengajar menjelaskan peran penting yang diemban oleh sosok orang tua baik ayah maupun ibu. Setelah pamaparan tersebut sang guru memberikan tugas kepada para siswa termasuk tokoh Gogor untuk mendeskripsikan sosok ayah.

Dari: https://jakartafilmweek.com/film/ibu-ora-sare
Dari: https://jakartafilmweek.com/film/ibu-ora-sare

Tugas yang diberikan akan sangat mudah bagi para siswa yang memiliki orang tua yang seperti pada buku yang beredar di masyarakat. Biasanya dalam buku tersebut sang anak akan terdiri dari dua berupa laki-laki sebagai kakak serta perempuan sebagai adik. Selain itu terdapat juga sosok ayah dan ibu dalam keluarga kecil tersebut. Adanya empat orang dengan kondisi tersebut menurut berbagai buku merupakan keluarga yang sempurna. Nyatanya untuk mencapai kondisi keluarga sempurna terkadang tidak semua individu akan dapat merasakannya. Salah satu sosok yang belum merasakan kondisi keluarga sempurna bernama Gogor sebagai tokoh pada film “Ibu Ora Sare”.

Tokoh Gogor sudah sejak lama hanya tinggal berdua bersama sang ibu. Walaupun demikian kondisi keluarga tersebut sangatlah mengalami kesulitan dalam memenuhi keluarga sempurna seperti yang ada pada berbagai bahan bacaan pada umumnya. Digambarkan pula tokoh Gogor merupakan seseorang anak kecil yang masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD). Pada saat itu tokoh Gogor mendapatkan tugas yang diberikan oleh tenaga pengajar berupa guru. Tugas yang diberikan mengenai ciri-ciri fisik sampai pekerjaan sang ayah. Adanya tugas tersebut tokoh Gogor akhirnya bertanya kepada sang ibu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Apalagi tokoh Gogir belum pernah melihat sosok ayah dalam keluarganya yang menjalani kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian maka tokoh Gogor memberanikan diri untuk bertanya kepada sang ibu mengetai sosok ayah tetapi sangatlah sulit. Hal tersebut karena sang ibu walaupun berada di dalam rumah tetapi tidak memiliki waktu kosong. Hampir disetiap waktu sang ibu selalu sibuk mengerjakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Walaupun demikian tokoh Gogor tetap mendapatkan kesempatan untuk bertanya kepada sang ibu mengenai sosok ayahnya. Jawaban yang diberikan oleh sang ibu hanyalah sesekali menjawab karena sibuk dengan pekerjaannya yang belum selesai. Alhasil tugas sekolah yang diberikan oleh guru terancam tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh Gogor.

Pada film tersebut juga diceritakan bahwa Ibu Gogor sudah sangat sering sekali telat untuk menjemputnya saat pulang sekolah. Telat yang dilakukan tidak hanya sesekali atau dapat di hitungan dengan jari tetapi sudah sangat sering bahkan sudah menjadi darah daging yang tidak bisa dipisahkan. Akibat sudah pada level yang cukup menjengkelkan membuat tokoh Gogor menegur sang ibu yang kerap terlambat menjemputnya. Perilaku yang dilakukan oleh sang ibu tersebut membuat tokoh Gogon merasa tidak pernah ada waktu untuk dirinya karena kesibukan. Padahal dibalik kesibukan yang dikerjakan oleh sang ibu melakukan banting tulang untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya keluarga kecilnya.

Dari: https://jakartafilmweek.com/film/ibu-ora-sare
Dari: https://jakartafilmweek.com/film/ibu-ora-sare

Padahal tokog Gogor menginginkan kehadiran sosok ibu yang selalu sedia berada di sampingnya. Misalnya saja ketika tokoh Gogor mendapatkan hal kurang menyenangkan dalam menjalani kehidupan seketika akan berkeluh kesah atau hanya sekadar berbagi cerita tantang keseharian yang dilalui. Padahal di balik perjuangan sosok ibu yang selalu sibuk tersebut berjuang untuk keluarga kecilnya. Perjuangan yang dilakukan oleh sosok ibu sesuai dengan judul pada film pendek berupa Ibu Ora Sare yang berarti ibu tidak tidur. Padahal dibalik itu semua sosok ibu pastinya juga merasakan perasaan lelah dan ingin sedikit dimengerti. Maka dari itu film pendek tersebut memperlihatkan pengorbnanan ibu yang sangat seringkali disalahpahami sebagai bentuk ketidakcintaan kepada sang anak. Padahal dari lubuk sang ibu melakukan pengorbanan tersebut hanya untuk membahagiakan anaknya.

Film tersebut juga tidak hanya menceritakan mengenai bagaimana pengorbanan sosok seorang ibu yang tidak didampingi oleh sosok ayah. Semua tersebut terlihat sangat jelas dari tokoh Gogor yang tidak bisa mengerjakan tugas sekolah untuk mendeskripsikan secara baik mengenai sosok ayah bagi dirinya. Dengan demikian maka tokog Gogor tidak pernah mengenal akan sosok ayah dalam menjalani kehidupan. Sejak masih kecil tokoh Gogor hanya hidup berdua bersama sosok ibunya saja. Mau tidak mau membuat sang ibu harus mengerjakan semua pekerjaan ayah dialihkan oleh ibunya. Contohnya saja saat malam hari tiba khususnya lampu rumah tiba-tiba padam maka tokog Gogor akan memanggil sang ibu menggantinya yang biasanya dilakukan oleh sosok ayah.

Pada suatu ketika tokoh Gogor melontarkan sebuah kalimat berupa “Sebenarnya, aku itu punya Bapak nggak, sih, Bu?”. Satu pertanyaan yang diucapkan oleh mulut tokoh Gogor pastinya membuat orang yang menontonnya meneteskan air mata secara langsung. Pasalnya ucapan yang terucap oleh Gogor akan relate dengan orang-orang di masyarakat yang memiliki nasib yang sama. Dimana orang-orang tersebut mempertanyakan mengenai sosok ayah yang tidak pernah tampil atau terlihat sejak lahir. Film tersebut membuat penonton seperti penulis akan merasa sangat simpati terhadap Gogor yang sejak kecil tidak pernah merasakan sosok peran Ayah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apalagi sosok Gogor untuk mengetahui hanya nama dari sosok ayahnya saja harus bertanya terlebih dahulu kepada sang ibu saking tidak mengetahuinya.

Tokoh Gogor yang dari awal tidak mengenal akan siapa sosok ayahnya sangatlah menyelesaikan tugas sekolahnya yang diberikan. Namun sang ibu tidak bisa membantu cukup berperanguh karena pekerjaan seperti menjahit sampai mencuci pakaian. Untuk dapat menyelesaikan tugas sekolah tersebut tokog Gogor sampai meneror sang ibu dengan mengikuti kemana pun sang ibu pergi agar mau menjawab akan bagaimana sosok ayah. Walaupun sudah melakukan cara tersebut nyatanya masih belum ada jawaban yang diberikan. Pada akhirnya tokoh Gogor merasa lelah karena diabaikan oleh sang ibu yang membuat iapun terlelap tidur dan terbangun ketika tengah malam. Saat sedang berjalan ke kamar ibunya tokoh Gogor melihat sang ibu masih tetap bekerja. Secara sontak saja tokoh Gogor menanyakan kepada sang ibu akan waktu istirahatnya. Pertanyaan yang diucapkan oleh sang anak membuat ibu Gogor merasa bersalah dan meminta maaf kepada sang buah hati.

Dari: https://jakartafilmweek.com/film/ibu-ora-sare
Dari: https://jakartafilmweek.com/film/ibu-ora-sare

Melalui peristiwa tersebut mulailah terdapat perubahan yang sangat signifikan karena mulai terjadi berbincang sampai membuat tokoh Gogor tertidur kembali. Pada keesokan harinya hubungan antara tokoh Gogor dengan ibunya mulai membaik. Dari film pendek tersebut membuat penonton diajak untuk merasakan akan apa yang sedang dirasakan oleh seseorang anak dan sosok ibu yang hanya berdua tidak ada sosok ayah. Walaupun hanya berdua tetapi tidak ada salahnya kedua sosok tersebut untuk masih tetap berkomunikasi dengan baik. Melalui komunikasi yang baik akan dapat membuat hubungan tetap harmonis tanpa adanya rasa renggang diantara setiap individu. Penulis menonton film pendek berjudul "Singsot" dari YouTube channel bernama Ravacana Films. Pengalaman menontonnya di platform digital memberikan kenyamanan dan fleksibilitas yang memuaskan.

Hal yang lebih membanggakan film pendek dengan judul Ibu Ora Sare berhasil mendapatkan penghargaan di ajang yang bergengsi. Ada banyak contoh penghargaan dicapai seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021, 16th Indonesian Film Festival (IFF) Australia 2022, hingga masuk dalam nominasi sebagai Best Short Film dalam ajang Piala Maya 2022. Adanya penghargaan tersebut menurut penulis sangatlah pantas didapatkan karena film pendek tersebut memiliki plot yang bagus dan sangat relate dengan kehidupan masyarakat. Para tokoh yang ditampilkan juga memerankan peran yang sangat apik dan mampu membangkitkan sisi emosi ketika ditonton. Oleh karena itu untuk mengetahui akan hal-hal menarik pada film tersebut ayo para pembaca khususnya sosok ibu-ibu untuk menonton film tersebut agar mendapatkan persepektif baru dan segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun