Padahal tokog Gogor menginginkan kehadiran sosok ibu yang selalu sedia berada di sampingnya. Misalnya saja ketika tokoh Gogor mendapatkan hal kurang menyenangkan dalam menjalani kehidupan seketika akan berkeluh kesah atau hanya sekadar berbagi cerita tantang keseharian yang dilalui. Padahal di balik perjuangan sosok ibu yang selalu sibuk tersebut berjuang untuk keluarga kecilnya. Perjuangan yang dilakukan oleh sosok ibu sesuai dengan judul pada film pendek berupa Ibu Ora Sare yang berarti ibu tidak tidur. Padahal dibalik itu semua sosok ibu pastinya juga merasakan perasaan lelah dan ingin sedikit dimengerti. Maka dari itu film pendek tersebut memperlihatkan pengorbnanan ibu yang sangat seringkali disalahpahami sebagai bentuk ketidakcintaan kepada sang anak. Padahal dari lubuk sang ibu melakukan pengorbanan tersebut hanya untuk membahagiakan anaknya.
Film tersebut juga tidak hanya menceritakan mengenai bagaimana pengorbanan sosok seorang ibu yang tidak didampingi oleh sosok ayah. Semua tersebut terlihat sangat jelas dari tokoh Gogor yang tidak bisa mengerjakan tugas sekolah untuk mendeskripsikan secara baik mengenai sosok ayah bagi dirinya. Dengan demikian maka tokog Gogor tidak pernah mengenal akan sosok ayah dalam menjalani kehidupan. Sejak masih kecil tokoh Gogor hanya hidup berdua bersama sosok ibunya saja. Mau tidak mau membuat sang ibu harus mengerjakan semua pekerjaan ayah dialihkan oleh ibunya. Contohnya saja saat malam hari tiba khususnya lampu rumah tiba-tiba padam maka tokog Gogor akan memanggil sang ibu menggantinya yang biasanya dilakukan oleh sosok ayah.
Pada suatu ketika tokoh Gogor melontarkan sebuah kalimat berupa “Sebenarnya, aku itu punya Bapak nggak, sih, Bu?”. Satu pertanyaan yang diucapkan oleh mulut tokoh Gogor pastinya membuat orang yang menontonnya meneteskan air mata secara langsung. Pasalnya ucapan yang terucap oleh Gogor akan relate dengan orang-orang di masyarakat yang memiliki nasib yang sama. Dimana orang-orang tersebut mempertanyakan mengenai sosok ayah yang tidak pernah tampil atau terlihat sejak lahir. Film tersebut membuat penonton seperti penulis akan merasa sangat simpati terhadap Gogor yang sejak kecil tidak pernah merasakan sosok peran Ayah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apalagi sosok Gogor untuk mengetahui hanya nama dari sosok ayahnya saja harus bertanya terlebih dahulu kepada sang ibu saking tidak mengetahuinya.
Tokoh Gogor yang dari awal tidak mengenal akan siapa sosok ayahnya sangatlah menyelesaikan tugas sekolahnya yang diberikan. Namun sang ibu tidak bisa membantu cukup berperanguh karena pekerjaan seperti menjahit sampai mencuci pakaian. Untuk dapat menyelesaikan tugas sekolah tersebut tokog Gogor sampai meneror sang ibu dengan mengikuti kemana pun sang ibu pergi agar mau menjawab akan bagaimana sosok ayah. Walaupun sudah melakukan cara tersebut nyatanya masih belum ada jawaban yang diberikan. Pada akhirnya tokoh Gogor merasa lelah karena diabaikan oleh sang ibu yang membuat iapun terlelap tidur dan terbangun ketika tengah malam. Saat sedang berjalan ke kamar ibunya tokoh Gogor melihat sang ibu masih tetap bekerja. Secara sontak saja tokoh Gogor menanyakan kepada sang ibu akan waktu istirahatnya. Pertanyaan yang diucapkan oleh sang anak membuat ibu Gogor merasa bersalah dan meminta maaf kepada sang buah hati.
Melalui peristiwa tersebut mulailah terdapat perubahan yang sangat signifikan karena mulai terjadi berbincang sampai membuat tokoh Gogor tertidur kembali. Pada keesokan harinya hubungan antara tokoh Gogor dengan ibunya mulai membaik. Dari film pendek tersebut membuat penonton diajak untuk merasakan akan apa yang sedang dirasakan oleh seseorang anak dan sosok ibu yang hanya berdua tidak ada sosok ayah. Walaupun hanya berdua tetapi tidak ada salahnya kedua sosok tersebut untuk masih tetap berkomunikasi dengan baik. Melalui komunikasi yang baik akan dapat membuat hubungan tetap harmonis tanpa adanya rasa renggang diantara setiap individu. Penulis menonton film pendek berjudul "Singsot" dari YouTube channel bernama Ravacana Films. Pengalaman menontonnya di platform digital memberikan kenyamanan dan fleksibilitas yang memuaskan.
Hal yang lebih membanggakan film pendek dengan judul Ibu Ora Sare berhasil mendapatkan penghargaan di ajang yang bergengsi. Ada banyak contoh penghargaan dicapai seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021, 16th Indonesian Film Festival (IFF) Australia 2022, hingga masuk dalam nominasi sebagai Best Short Film dalam ajang Piala Maya 2022. Adanya penghargaan tersebut menurut penulis sangatlah pantas didapatkan karena film pendek tersebut memiliki plot yang bagus dan sangat relate dengan kehidupan masyarakat. Para tokoh yang ditampilkan juga memerankan peran yang sangat apik dan mampu membangkitkan sisi emosi ketika ditonton. Oleh karena itu untuk mengetahui akan hal-hal menarik pada film tersebut ayo para pembaca khususnya sosok ibu-ibu untuk menonton film tersebut agar mendapatkan persepektif baru dan segar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H