Seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka perjalanan kehidupan mengalami pergeseran yang tak terhindarkan khususnya bagi sosok ibu. Salah satu contoh perubahan yang paling mencolok adalah dalam preferensi tontonan. Dulu sebelum memiliki label "ibu-ibu" maka dominasi tontonan film yang dikonsumsi memiliki cerita cinta yang membelai jiwa atau drama yang memutar roller coaster menguras emosi emosi. Namun setelah menyandang label tersebut fokusnya beralih ke film animasi yang menghadirkan dunia yang hangat dan aman bagi sang buah hatinya.
Perubahan dalam preferensi tontonan akan juga membawa dampak signifikan bagi kehidupan masa depan sang anak. Berdasarkan berbagai informasi yang beredar memaparkan bahwa tontonan yang dikonsumsi akan turut berdampak kepada perkembangan sosial, emosional, sampai bahasa pada anak. Melakukan penghindaran akan tontonan yang terlalu menegangkan atau mengandung cinta-cintaan akan membantu menjaga kesejahteraan emosial dan mental sang anak. Adanya seleksi pemilihan setidaknya membantu dalam perkembangan sang anak lebih sehat secara keseluruhan. Dari sekian banyak film anak-anak yang ditonton salah satunya berjudul The Boy and the Heron.
Film tersebut mengisahkan petualangan dari seorang bocak laki-laki bernama Mahito. Mahito tinggal di sebuah desa kecil di pedalaman Jepang. Suatu hari Mahito bertemu dengan seekor burung bangau yang terluka. Sehingga tanpa ragu ia langsung merawat burung tersebut sampai kesehatannya membaik. Seiring berjalannya waktu Mahito dan burung bangau menjalin ikatan yang sangat kuat. Pada suatu hari keduanya memulai perjalanan epik untuk mengungkapkan di balik legenda pada desa tempat tinggalnya. Untuk lebih jelasnya alur cerita dari film tersebut silahkan para pembaca menonton filmnya. Jika seseorang ibu dan anak menonton film tersebut ada banyak sekali hal menarik yang ditawarkan pada film tersebut salah satunya berupa:
Pertama berupa film ini menampilkan karakter utama yang karismatik dalam sosok Mahito. Mahito memiliki kepribadian yang hangat dan mudah didekati dilihat sejak sejak awal film. Keberaniannya dalam merawat burung bangau yang terluka serta dedikasinya yang tinggi memberikan inspirasi kepada penonton khususnya anak-anak. Kepribadian baik Mahito secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak-anak yang menonton sehingga menjadikannya contoh yang positif bagi penonton anak-anak.
Kedua berupa keindahan visual dalam setiap adegan yang ditampilkan. Keindahan visual yang ditampilkan menggambarkan secara jelas akan seluk beluk pedalaman Jepang secara detail. Tidak hanya itu saja di dalam setiap adegan juga diagambarkan berbagai keajaiban dan keindahan alam yang memukau mata. Setiap adegan juga dipenuhi oleh pemandangan yang mukau seperti hutan yang rimbun sampai sungai mengalir dengan tenang. Semua hal tersebut menciptakan suasana yang memikat bagi penonton seperti anak-anak yang memiliki imajinasi besar.
Ketiga berupa soundtrack yang menyentuh hati ketika didengarkan sambil memperkuat suasana film. Penggunaan melodi yang lembut dan menghanyutkan itulah sondtrack yang dibawakan. Hal tersebut tentunya akan menambah esensi emosional dari setiap momen pada film tersebut. Dari setiap lagu yang dibawakan juga mencerminkan perasaan kehangatan, keberanian, dan petualangan dialami oleh karakter-karakter utama. Pemilihan musik latar belakang juga sangatlah cermat sehingga menambah hati penonton dan terbawa dalam alur cerita yang ditampilkan.
Keempat berupa humor yang menyegarkan menjadi salah satu aspek yang memperkaya pengalaman menonton dalam film The Boy and the Heron. Elemen-elemen humor diselipkan dengan indah dalam cerita berupa menghadirkan dialog-dialog lucu dan situasi kocak yang membuat penonton tersenyum. Kehadiran humor segar ini tidak hanya menghibur tetapi juga memperdalam kedekatan antara karakter-karakter dan penonton memperkuat ikatan emosional di antara mereka. Dengan demikian hadirnya humor yang menyegarkan menjadikan pengalaman menonton film The Boy and the Heron menjadi lebih berwarna dan menghibur.
Kelima dalam film The Boy and the Heron penonton akan dibawa untuk mengetahui lebih dalam tentang budaya Jepang yang memikat. Film ini menghadirkan penggambaran yang sangat jelas tentang tradisi, mitologi, dan legenda Jepang yang merupakan budaya autentik dan menarik. Lebih jelasnya elemen budaya Jepang melalui upacara tradisional hingga simbol-simbol mitologis yang mempesona. Bahkan dalam alur cerita penggunaan kimono tradisional dan kehadiran makhluk-makhluk mitologis seperti yokai atau roh hutan terasa sangat kental. Setiap detail dalam film ini dengan cermat mempersembahkan kekayaan budaya Jepang dengan keindahan yang luar biasa. Dengan demikian keterlibatan budaya Jepang dalam The Boy and the Heron tidak hanya menyuguhkan hiburan semata tetapi juga memberikan pengalaman yang mendalam dan memikat bagi penonton.
Keenam berupa penggunaan warna dan pencahayaan yang memainkan peran krusial dalam meningkatkan pengalaman penonton. Setiap adegan yang ditampilkan menggunakan warna yang dipilih secara selektif. Hasil pilihan tersebut menciptakan atmosfer yang sesuai dengan suasana cerita yang dibawakan. Misalnya dalam adegan petualangan di hutan maka penggunaan warna alam berupa hijau diberikan untuk menciptakan nuansa keasrian. Selain penggunaan warna juga pencahayaan dramatais dan kotnrask juga turut menambah dimensi emosial yang mendalam. Semua tersebut saling berkolaborasi dalam menciptakan pengalaman ketegangan yang dirasakan secara visual bagi penonton.