Mohon tunggu...
Nurhawati
Nurhawati Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Penulis sebagai Ibu dalam Kemenangan di Perayaan Kemerdekaan

12 Agustus 2023   21:58 Diperbarui: 12 Agustus 2023   22:16 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlombaan 17-an (Sumber: https://pixabay.com)

Di sebuah desa yang kecil tetapi terhampar sangat luas akan sebuah sawah disepanjang desa. Belum lagi dengan banyaknya sinar matahari yang cerah membuat tanaman padi tumbuh sangat lebat. Menariknya tinggal di desa tersebut ketika diawal bulan Agustus masyarakat sudah berbondong-bondong menghadirkan suasana kemerdekaan yang sangat meriah. Apalagi Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh di tanggal 17 Agustus 1945. Maka dari itu bangsa Indonesia akan memperingati setiap tanggal 17 Agustus.

Memang ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk memperingati kemerdekaan Indonesia. Tetapi yang dilakukan oleh masyarakat desa setempat yaitu memasang bendera merah putih yang berkibar sangat anggun di setiap rumah. Tidak hanya itu dibeberapa gapura juga dilakukan pengecetan ulang dengan warna merah putih dilengkapi oleh logo kemerdekaan yang selalu berubah-ubah setiap tahunnya oleh pemerintah. 

Hal yang bersemangat juga dapat dilihat dari anak-anak yang tidak sabar untuk mengikuti dan memenangi setiap lomba yang diadakan di desa setempat. Tidak hanya anak-anak saja disisi lainya seperti ibu-ibu juga turut semangat untuk memeriahi momen bersejarah terkait dengan kemerdekaan bangsa Indonesia ini.

Salah satu ibu-ibu bernama Ibu Siti (nama samaran penulis eh... tapi di profil sudah ada nama penulis) turut juga menyemarakan perayaan kemerdekaan dengan mengusulkan sebuah ide menarik. Dimana ide tersebut akan usulan agar lomba yang dilakukan tidak bagi anak-anak saja tetapi juga bagi ibu-ibu. 

Usulan lomba yang dipaparkan mengenai lomba membuat tumpeng yang diakhirnya akan dimakan saat pemberian hadiah dari lomba anak-anak. Sehingga usulan tersebut seperti pribahasa yaitu sekali mendayung dua atau tiga pulau terlampaui. Setelah mengungkapan ide tersebut nyatanya disambung hangat oleh masyarakat desa sehingga ide tersebut langsung dilaksanakan oleh para panitia.

Lomba yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut jika dilakukan secara mandiri rasanya berat maka dari itu diputuskan beberapa hal oleh panitia. Contoh keputusan yaitu terdiri dari lima orang sampai adanya batasan dana yang dikeluarkan. 

Sehingga lomba tumpeng tersebut tidak memberatkan para ibu-ibu dalam melaksanakannya serta dituntut kreatifitas yang tinggi untuk memenangkan lomba tersebut karena adanya batasan. Hadiah yang ditawarkan cukup menarik yaitu satu set pisau berbagai jenis untuk setiap orang. Mendengar hadiah tersebut membuat semangat dari para ibu-ibu mengebu-gebu untuk memenangkan lomba tersebut.

Setiap ibu-ibu akhirnya membuat timnya secara masing-masing untungnya jumlah pas untuk dibuat kelompok sehingga tidak ada ibu-ibu yang tidak kebagian kelompok. Setelah itu ibu-ibu di desa termasuk penulis berbondong-bondong untuk mendiskusikan konsep tumpeng yang dibuat. Akhirnya setiap ibu-ibu pergi ke pasar pada keesokan harinya dengan list barang yang dibeli sesuai hasil diskusi. Hasilnya setiap ibu-ibu datang ke balai desa untuk memasak berbahan hasil diskusi kelompok.

Tumpeng (Sumber: https://pixabay.com)
Tumpeng (Sumber: https://pixabay.com)

Penulis dengan kelompok mau tidak mau mengeluarkan seluruh keahlian secara maksimum untuk menghasilkan tumpeng tidak hanya baik secara visual tetapi secara rasa. Walaupun pastinya penulis beserta anggota kelompok tersebut pastinya tidak dilengkapi pelatihan formal dalam seni kuliner tetapi hanya mengandalkan ungkapan oleh anggota keluarga khususnya anak dan suami. Walaupun demikian penulis dan anggota kelompok mengandalkan perasaan tersebut tetapi percaya akan memenangkan lomba tumpeng tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun