Tolong tuan Presiden dengan kekuasaan dan kewenangan yang Tuan miliki, Anda dapat melakukan perubahan apapun pada Negeri ini, apa yang orang lain tidak bisa lakukan. Semoga Tuhan YME melindungi saya dari kesalahan makna dalam hal materi berikut ini, tapi inilah kenyataan yang saya rasakan sedang menimpa pada bangsa dan rakyat negeri ini, Indonesia-ku tercinta. Konsep berfikir rakyat dan bangsa ini telah menyimpang dari konsep pemikiran dasar yang terkandung dalam dasar Negara kita Pancasila, menyimpang dari makna yang termaktub dalam lambang dan simbul Negara Garuda Pancasila, dan menyimpang dari fondamen bangsa UUD 1945.
Tolong yang Mulia Tuan Presiden kalau tidak ingin perahu ini mengarah dan menuju pada kehancuran kembalikan konsep pemikiran rakyat dan bangsa ini pada khittah awal yang telah disepakati oleh para Pencetus dan Bapak pendiri Bangsa.
Mari Berfikir Sehat dg. Sistematika Logika Berfikir Akal Sehat (Sunnatullah)
Sebagian tanda dari kehidupan seorang manusia adalah berfikir, dengan berfikir hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang sulit menjadi mudah, dan yang tadinya terasa gelap menjadi terang benderang. Itulah kehebatan dari sarana yang diberikan Sang Ilahi Robbi kepada makhluk yang bernama manusia, satu perangkat kemanusiaan untuk memanusiakan manusia, hingga tidak tersungkur ke dalam derajat sebagaimana tumbuhan atau sebagaimana binatang atau sebagaimana iblis sang pembangkang.
Berbuat amal kebajikan tanpa ilmu (berfikir) bagai gadis yang buruk rupa, atau sebaliknya berilmu tapi tidak diamalkan bagai gadis cantik namun tak bernyawa, apalah guna. Bagaimana bisa berbuat sambil berfikir bila tak ada ilmu, bukankah ilmu merupakan kunci pembuka segala sesuatu, maka berilmulah terlebih dahulu, lalu bertindak dan berbuatlah sambil berfikir agar selalu ketemu ilmu yang terbarukan dari karena amal perbuatanmu.
Berfikir sehat bukan sebuah kontruksi sederhana yang tercipta dan terbentuk dengan begitu saja, namun sebuah kontruksi hasil dari sebuah proses pemikiran yang terbangun dari berbagai elemen inderawi yang saling terkait secara kordinatif dan saling sinergis antar bagiannya. Begitu ada satu bagian elemen inderawi yang rusak atau tidak berjalan sebagaimana seharusnya, tentu yang namanya berfikir sehat tidak mungkin dapat terjadi. Karena berfikir sehat disamping membutuhkan adanya logika murni juga butuh isi berupa ilmu dan butuh diasah dengan cara tidak malas untuk berfikir, dengan penalaran yang benar-benar masuk akal sehat atau akal waras.
Dan pemikiran tersebut merupakan hasil olah fikir yang terbebas dari berbagai rekayasa, berbagai tendensi (pribadi), berbagai alibi, berbagai sangwa sangka, berbagai kelicikan dan kebohongan, berbagai pemaksaan dan keterpaksaan, berbagai rasa suka atau tidak suka, berbagai kefanaan dan kenistaan, berbagai kehinaan dan kerendahdirian, berbagai kecongkakan dan kesombongan, berbagai keirian dan kedengkian, berbagai penghinaan dan pelecehan, berbagai intimidasi dan permusuhan, berbagai penindasan dan penjajahan, dan berbagai pencitraan dan kemashuran sesaat.
Berfikir kodratullah atau berfikir sunnatullah merupakan satu proses pemikiran yang tersistem secara kordinatif, sinergis, aktif, proposional, dan procedural antar bagian unsur yang terdapat dalam satu kesatuan system tersebut. Manusia merupakan sebuah lembaga kemanusiaan yang di dalamnya terdapat berbagai elemen atau unsur yang kesemuannya saling terkait dalam satu kesatuan utuh yang berada dalam satu system. Sedang dasar atau fondasi dari lembaga kemanusiaan itu terdiri dari lima dasar utama, dan kelima dasar itulah yang merupakan soko guru dari kebenaran lembaga kemanusiaan yang disebut dengan manusia. Karena dari situlah dasar pijakan manusia sehingga mampu membawa dirinya agar selalu berada dalam jalur kebenaran, ketepatan, kebaikan, kebagusan, dan kesempurnaan, yang terbingkai ke dalam hak, wajib, wenang, dan wilayah yang melekat pada masing-masing manusia.
Itulah elemen dasar yang menjadi syarat terjadinya sistematika logika berfikir akal sehat Yakni mengetahui dan memahami kelima dasar utama kemanusiaan yang terdiri dari cipta, rasa, sukma, jiwa, dan raga atau bisa disebut dengan kalimat lain idea/fikir/cipto/ingat/focus(kefokusan), rasa (akal-budi), nuraniyah, bathiniyah (rohaniyah), lahiriyah dan yang dalam bahasa Negara disebut dengan Pancasila. Dimana kelima hal tersebut dijalankan dengan mesin prosesor yang bernama cipta (fikir/idea), rasa, dan karsa (kehendak), maksudnya hendak berbuat sesuatu harus difikirkan terlebih dahulu, kemudian juga dirasakan, selanjutnya dibuktikan atau dijalankan dengan sepenuh kehendak dan kemauan.
Dan dalam setiap proses amaliyahnya selalu berada dalam batasan hak, wajib, wenang, dan wilayah yang ada pada masing-masing individu sebatas apa dan sebatas mana. Sebaik apapun amal perbuatan seseorang bila melanggar keempat batasan tersebut hanya akan menjadi sia-sia belaka. Lebih jelas logikanya sebaik apapun engkau mengerjakan soal ujian sekolah namun engkau bukan bagian dari siswa yang berhak, yang wajib, yang memiliki kewenangan, dan memiliki wilayah dalam hal yang berkaitan dengan soal yang engkau kerjakan, maka nilai itu tidak berguna sama sekali.
Makanya sebelum bertindak berfikirlah/ingatlah terlebih dahulu, lalu rasakanlah kebenarannya dengan akal sehat dan dengan budi pekertimu, selanjutnya pertimbangkan dengan sepenuh hati bila melanggar batasan yang engkau miliki maka sebaiknya jangan dilakukan. Walaupun sesuatu itu jelas-jelas sebagai haknya, seseorang harus melihat sudah seberapa kemampuan raganya, bathiniyahnya, nuraninya, akal-budinya, dan ciptannya. Jangan asal itu sebagai haknya, kuwajibannya, kewenangannya, dan wilayahnya langsung bertindak, itu namanya sembrono atau aji pengawuran.
Ini berkait dengan zaman adil maksudnya: manusia yang bijak (keadaan yang telah dialami) adalah manusia yang telah mampu mengadili dirinya sendiri (telah sampai pada maqom/zaman/kedudukan bijak), Ratu Adil maksudnya manusa seharusnya hanya that dan mematuhi rasa tunggal/rasa sejati yang ada dalam dirinya karena hanya dia yang bisa bertindak dan berlaku adil. Rasa manisnya gula baik pengemis maupun presiden tidaklah beda, rupanya langit yang lagi tidur dikolong jembatan sama yang di istana juga tidaklah beda. Itulah yang dimaksud zaman adil dan ratu adil merupakan sebuah maqom yang manusia harus lewati kalau ingin hidupnya baldatun thoyibatun warobbun ghoffur, adil makmur sentosa sejahtera kertoraharjo lahir bathinya amiin.
                                                                                                               Salam persaudaran sebangsa dan setanah air
                                                                                                                              Damai, rukun, dan sejahtera selalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H