“Ehh..iya mas. Langsung aja ya Mas, saya sudah terlambat nih.”
Dengan sedikit bantuan dari pengemudi ojek online, Dira pun membonceng dan ojek pun meluncur menuju kantornya. Di perjalanan Dira sempat terbayang anak-anak yang sedang berlatih lagi, bibirnya tersenyum, tangan kirinya memegang paha kanannya. Andai saja. Ya, karena kecelakaan itu Dira kehilangan kaki kanannya.
Setelah presentasi selesai, Dira masih sibuk merapikan dokumennya saat Ardi mendekat “Maaf ya Dir, aku nggak bisa membantu banyak sehingga idemu belum bisa dipakai di proyek ini.”
“Tenang Ar, kan kata pak Malik tadi aku masih punya kesempatan. Artinya aku masih ada kemungkinan untuk memenangkannya. ” Dira tersenyum
Ardi terdiam menatap perempuan di depannya. Meski berdiri dengan satu kaki dibantu dengan tongkat, namun dia belum pernah melihatnya muram, semangatnya seakan nggak pernah habis.
“Keajaiban itu bukan untuk ditunggu, tapi diciptakan.” Itu kata-kata yang selaluu terngiang di benak Ardi ketika awal mengenal Dira. Perempuan yang diam-diam menyita perhatiannya.
Kota Istimewa, 08092016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H