Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Layang-layang Basah

9 September 2016   09:33 Diperbarui: 10 September 2016   00:52 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : www.eastjavatraveler.com

*8*

Hari ini adalah hari dimana wanita yang duduk disampingnya di dalam angkot itu, tidak mampu tersenyum padanya lagi, tidak mampu menggenggam erat tangannya lagi. Dira sudah mengirim pesan singkat pada Ardi bahwa ia akan masuk kerja agak siang. Ia harus ke makam ibunya terlebih dulu. Seperti biasa, sebelum ke makam, Dira selalu menyempatkan membeli setangkai bunga lily kesukaan ibunya.

Dari jalan masuk makam, deret ke delapan nisan ke enam. Dengan nisan keramik berwarna hijau muda. Dira segera duduk disamping nisan itu, menaruh setangkai lily yang dibawanya. Tertunduk khusyuk memanjatkan doa. Setelahnya dibasuh nisan itu dengan sebotol air mineral yang sengaja ia bawa dari rumah. Pagi masih enggan beranjak, mendung. Dira masih asik duduk-duduk menikmati semilirnya angin di makam yang terasa sejuk.

Dia adalah ibunya yang paling semangat mengantar Dira mengikuti berbagai kejuaraan taekwondo. Bahkan di luar kota pun ibunya akan setia mengantar anak perempuan sulungnya itu. Saat itu adalah kejuaraan nasional. Ayah Dira memang tinggal di kota ini untuk bekerja, hanya sebulan atau dua bulan sekali pulang ke kota dimana Ibu, Dira dan adik lelakinya tinggal. Pagi itu semua sudah dipersiapkan. Pertandingan akan dimulai jam satu siang. Dira dan Ibu menaiki angkot menuju tempat pertandingan. Namun, Tuhan tidak pernah memberitahukan rencanaNYA. Dira dan Ibu tidak pernah sampai ke tempat itu.

Dering telpon mengagetkannya. “Kamu gila ya jam segini belum sampai juga di kantor?” suara di seberang langsung menyahut begitu tombol hijau digeser.

“Hahaha..tenang Ar, kan kamu bisa presentasikan designmu dulu. Baru setelah itu giliranku.”

“Ingat ini kesempatanmu”

“Iya… baiklah aku ke sana sekarang.”

Perlahan Dira berjalan keluar dari area makam. Jam sudah menunjukkan pukul satu lebih dua puluh menit. Tiga jam berada di dekat makam ibunya terasa sebentar. Terkadang makam ibunya adalah tempat untuk melegakan hatinya. Harusnya dia bergegas karena hari ini adalah penentuan untuk hasil kerja lemburnya selama sebulan ini, namun kakinya terhenti ketika dia melewati sebuah taman. Ada sekumpulan anak-anak dengan seragam putih-putih sedang berlatih taekwondo.

Senyum mengulas di bibir Dira, kenangan akan cita-cita masa kecilnya muncul lagi. Sekian menit Dira menikmati pemandangan itu, hingga akhirnya dia tersadar ketika seorang ojek online menyapanya.

“Mbak Dira bukan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun